Berharap Madu, Terdulang Permata

SURIYANA
Chapter #19

19. Terpikat Cincin

Sungguh berbeda suasana mobil tur dengan kedatangan Vikri. Kalau sebelumnya, Citra hanya bersandar pada jok dan memejamkan mata di balik kacamata hitam, sekarang ia mencoba mengimbangi aksi Vikri yang berpura-pura menjadi Bandu.

Vikri adalah penumpang yang menyenangkan. Laki-laki itu banyak mengobrol dengan Pak Made. Tubuhnya bahkan lebih sering condong ke depan karena menikmati pembicaraannya dengan supir sekaligus pemandu tur mereka itu.

Citra sendiri tidak merasa keberatan dengan hal tersebut. Berpura-pura menjadi suami istri sewaktu di studio foto tadi adalah sandiwara yang gampang. Mereka hanya disuruh berpose untuk diambil fotonya sebagai kenang-kenangan. Namun, apabila sepanjang perjalanan, Citra duduk berdamping-dampingan dengan pria itu, ia takut tidak akan mampu lagi mengendalikan kegugupannya.

“Kenapa langsung ke studio foto tadi, Mas?” tanya Pak Made.

Meskipun pura-pura terpejam di balik kacamata hitamnya, Citra menajamkan pendengarannya. Ia juga ingin tahu mengapa laki-laki itu secara kebetulan berada di tempat yang sama dengannya?

“Pagi-pagi, saya harus ketemu Ibu saya dulu, Mas,” jawab Vikri santai.

Diam-diam, Citra menyeringai. Kebohongan apa yang sedang dilemparkan oleh laki-laki itu? Jawaban itu justru menimbulkan tanda tanya yang berkelanjutan. Entah Vikri memang tidak terbiasa berbohong atau memang laki-laki itu sedang berlatih untuk menjadi penulis cerita fiksi yang handal.

“Lho, orang tuanya ikut bulan madu juga?”

Benar saja. Seringai Citra bertambah lebar. Kebohongan Vikri itu sungguh di luar nalar. Namun, gadis itu justru bertambah tertarik mendengar apa lagi yang diucapkan Vikri sebagai jawaban.

“Iya. Mereka sekaligus berlibur. Adik saya sudah lama ingin ke Bali.

“Lho, adiknya?”

“Ya, adik saya juga ikut. Orang tua dan satu orang adik saya.”

Citra semakin tidak mampu menyembunyikan senyumnya. Sudah untung, ia tidak langsung memuntahkan tawa mendengar jawaban Vikri yang semakin mengada-ngada. Siapa yang membawa keluarganya turut serta dalam perjalanan bulan madu?

Pak Made berusaha lebih keras menghormati jawaban Vikri. Akan tetapi, supir mereka itu tidak dapat menahan dirinya untuk bertanya, “Wah, nggak terganggu, tuh, Mas. Lagi bulan madu, kok, sekeluarga ikut juga?”

Citra semakin tertarik mendengar kelanjutan kebohongan Vikri.

“Ya, begitulah. Untungnya, mereka menginap di vila lain, Pak. Masalahnya, pagi-pagi tadi, ibu saya menelepon kalau sudah memasak nasi goreng kesukaan saya. Mungkin, beliau lupa kalau saya bukan anak lajangnya lagi.”

Citra berusaha keras menahan tawanya. Sayang, kalau cerita semustahil ini tidak ia simak baik-baik.

“Saya nggak mau membuat ibu saya kecewa. Makanya, pagi-pagi tadi saya kabur dulu ketemu keluarga saya. Niatnya, sih, sebelum Bapak datang, saya sudah kembali ke hotel, tapi….”

Lihat selengkapnya