Chapter 1: Mimpi yang Tumbuh
Ian terbangun dengan perasaan yang aneh pagi itu. Suara alarm membangunkannya seperti biasa, namun ada sesuatu yang berbeda. Meski semuanya terlihat sama—ruangan yang sama, langit biru di luar jendela—perasaan hampa itu begitu nyata. Ian tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti ini, namun ia bisa merasakannya di setiap langkah yang ia ambil.
Pagi itu, ia menjalani rutinitas yang sudah familiar: mandi cepat, sarapan seadanya, dan berangkat ke sekolah. Namun, di sepanjang jalan menuju sekolah, perasaan gelisahnya tidak hilang. Ada sesuatu yang terasa janggal, tetapi ia memilih untuk mengabaikannya, berpikir mungkin itu hanya perasaan semata.
Sesampainya di sekolah, suasana sepertinya tidak banyak berubah. Namun, saat ia melihat sahabatnya, Ardi, ia merasa ada yang aneh. Biasanya, mereka berdua selalu duduk bersama di kantin, mengobrol tentang tugas, atau bercanda tentang hal-hal kecil. Tapi hari itu, Ardi hanya tersenyum tipis, berbicara seadanya, dan lebih banyak menundukkan kepala. Ian merasa ada jarak yang terbentuk, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada.