Angel menatap tajam pada orang yang ada di hadapannya, tangan kiri dari gadis dengan rambut sebahu tersebut bergetar kencang namun getarannya halus, ia mengamati Pak Putut, dosen yang memiliki gelar S3 psikologi, dosen tersebut sedang melihat data diri dan jawaban tes tertulis Angel, dan saat gadis bernama lengkap Angelina Dhea Syahfira tersebut kontak mata dengan Pak Putut, pupil gadis berusia 17 tahun tersebut membesar, tangan kirinya makin bergetar namun getarannya masih halus.
Lalu Pak Putut bertanya, tanya yang akan membawa kita pada kisah tentang sebuah minat kadang terbentuk dari apa yang dirasakan dan dialami di masa lalu, termasuk jarak.
"Apa alasan dan tujuan kamu memilih jurusan psikologi di kampus ini?"
Pupil Angel semakin membesar selama beberapa detik, ia terdiam, dan ketika Angel hendak menjawab, Angel teringat masa lalu hidupnya, yang jika hidup diibaratkan dengan cokelat, adalah rasa yang paling pahit dan pekat.
***
Beberapa tahun yang lalu...
Hujan deras di luar, Angel menatap ke luar jendela, kalender menunjukkan tanggal 3 Maret 2017, Angel yang kala itu tepat berusia 11 tahun memandangi kawan-kawan seusianya yang sedang hujan-hujanan, Angel tidak diizinkan hujan-hujanan, terutama oleh sang ibu, Sukmawati, Sukmawati adalah ibu yang super protektif, ia begitu karena melindungi Angel dan dua kakaknya dari Yanto, sang ayah yang memiliki nama lengkap Supriyanto memang temperamental, ia juga memiliki skizofrenia paranoid, pengobatan sudah berjalan bertahun-tahun, tetapi dengan usia yang sudah menginjak kepala 5, pria yang menikah di usia 33 tahun tersebut belum menunjukkan perubahan ke arah yang positif.
Padahal hari itu adalah ulang tahun Angel, sambil memandang kawan-kawannya yang sedang bermain hujan, Angel berandai-andai ulang tahunnya dirayakan oleh teman-teman mainnya tersebut, tapi baik Sukmawati maupun Yanto melarang, keduanya memiliki alasan yang berbeda.
Sukmawati merasa itu perlu agar Yanto tidak mendengar halusinasi suara yang mungkin bisa terjadi pada Yanto, Sukmawati sangat paham, suara yang tidak jelas saat ia berinteraksi dengan dua putra dan satu putrinya pun bisa membuat Yanto salah paham dan marah-marah, apalagi jika banyak anak-anak dengan beragam karakter di rumah sederhana mereka, bisa-bisa Yanto salah paham akibat halusinasi pendengarannya tersebut, memaki atau paling parah menganiaya seorang atau beberapa anak yang dianggapnya menyinggung, akibatnya bisa beragam, tetapi yang paling dikhawatirkan Sukmawati adalah bisa-bisa Angel dijauhi kawan-kawannya dan tidak punya teman lagi. Sedangkan alasan Yanto ialah ia adalah pengidap kecemasan sosial akut dan ada rasa takut bertemu orang, sejak pindah ke rumah yang sekarang ia dan keluarga kecilnya tempati, Yanto hampir tidak pernah keluar rumah, hanya saat Jumatan, itupun ia baru shalat di syaf paling belakang sesaat setelah Iqamah selesai, pun pulang juga paling awal.
Angel sangat membenci kedua orang tuanya tersebut, sejak kecil bersama dua saudaranya ia tidak pernah mendapat apa yang diinginkan, sebagai anak berusia 11 tahun ia tentunya belum paham akan kondisi ekonomi sebuah keluarga, selama ini pun biaya sekolah selalu tantenya yang membayar. Tutik, seorang saudagar kain sari yang diimpor langsung dari Mumbai sudah jenuh membantu untuk uang modal adik kandungnya, Yanto, setiap modal yang diberikan selalu habis untuk hal lain yang tidak perlu dan penting, parahnya setiap disinggung kesalahannya Yanto mengamuk, amukannya berdampak baik fisik maupun mental pada Sukmawati, Angel, dan kedua saudaranya. Selama ini uang modal selalu Yanto habiskan untuk tanam modal pada investasi bodong penghasil milyaran rupiah dengan kedok agama yang ia dapat dari YouTube, keluarga sudah menasehati, tapi ujung-ujungnya selalu sama, Yanto mengamuk dan menganiaya dirinya sendiri, sehingga keluarga besar Yanto dan Sukmawati merasa segan karena Yanto selalu saja memukuli kepalanya sendiri jika sedang ribut, bahkan pernah dengan batu keramik lantai.
Mulanya Angel tidak memahami apa sebetulnya itu Skizofrenia Paranoid, dan perlahan-lahan pada akhirnya ia dan kedua saudaranya mulai paham akan kondisi ayahnya, tapi tetap saja mereka membenci tingkah ayahnya, pun ibunya yang over protektif, namanya anak berusia belasan, tentu rasa memikirkan diri sendiri diatas segalanya masih sangat mendominasi. Bara, sang kakak tertua yang saat ini memasuki SMA kelas 2 dan sering beradu fisik dengan Yanto saat berbagai keributan terjadi bahkan sudah mantap akan memasuki kuliah jurusan psikologi sejak lulus SMP, Syafril, yang usianya hanya terpaut 15 bulan lebih tua dengan Angel pun lebih sering membaca hal-hal berbau psikologis di media sosial ketimbang apa yang dicari oleh anak-anak seusianya. Di Instagram, Twitter maupun Facebook nya berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan jiwa selalu ia follow.
Yanto menyeruput kopi sambil berjalan, ia duduk di kursi kemudian meletakkan kopi di meja, dengan suara bentakan yang keras ia menegur Angel agar tidak terlalu dekat dengan jendela, sebab Yanto percaya jika seseorang terlalu dekat dengan jendela saat hujan maka petir bisa menyambar.
"Njel! Jangan dekat jendela, budhe bapak waktu balita hampir disambar gledek gara-gara terlalu dekat sama jendela!" Pekik Yanto tajam dengan mata melotot.
Angel pun bergegas menjauhi jendela, ia berlari kecil ke kamarnya kemudian menutup pintu, Sukmawati yang sedang berdzikir di kamarnya setelah shalat Ashar mendengar hal tersebut, tetapi ia diam saja, ia sangat paham apa yang akan terjadi jika dirinya secara terbuka menyatakan marah dan sakit hati putri yang dilahirkannya tersebut dibentak dengan nada sangat tinggi karena urusan klenik yang belum bisa dibuktikan kebenarannya.
***
Angel tertidur sambil memeluk guling, terdengar pintu masuk rumah dibuka, beberapa detik kemudian terdengar suara Syafril mengucap salam, tidak ada yang menjawab, sebab selain Angel sedang tidur, Sukmawati pun ketiduran karena lelah mengucap dzikir sampai ratusan ribu kali. Sebenarnya Yanto mendengar, tetapi ia tidak mau menjawab sebab ia percaya dengan wahamnya, bahwa jika ada orang yang memberi salam namun orangnya tidak kelihatan, kemungkinan besar yang mengucap salam adalah setan. Entah darimana Yanto mendapatkan waham tersebut, tapi Yanto biasa memakai media sosial untuk mencari hal berbau agama yang bukan bersumber pada Al Quran atau Hadist yang shahih.
Syafril mengetuk pintu kamar ayah dan ibunya, tidak ada balasan sebab Sukmawati sedang tertidur pulas, tertidur diatas sajadahnya dan masih mengenakan mukena, sedangkan Yanto enggan membuka pintu, lagi-lagi berdasarkan hal klenik berkedok agama yang ia dapat dari internet.
Syafril pun berlalu pergi ke kamarnya untuk menaruh tas, beberapa detik kemudian ia keluar sambil membawa dua bungkus chiki murah. Yanto keluar dari kamar, memperhatikan, Syafril sudah paham, ia pun memberikan satu dari dua chiki nya.