Berharga

Reva Lenathea
Chapter #4

Setiap Sesuatu Ada Akhir, Termasuk Pengharapan

Angel menatap ke langit-langit kelas, sekolah sedang jam istirahat, semenjak ayahnya jadi viral, Angel sama sekali tidak pernah keluar kelas kala istirahat, sejak awal ketika ia masuk kelas satu hari setelah kasus sang ayah, ia menangkap banyak kawan-kawannya maupun para guru yang memandangnya dengan tatapan yang bagi Angel tak seperti biasanya, beberapa ada tatapan iba namun oleh Angel diartikan lain. Beberapa hari setelah kasus itu pun setiap Angel nimbrung ngobrol dengan teman kelasnya mereka akan mencari topik lain yang kira-kira bisa membuat Angel mati kutu, hal itu tidak terjadi sekali saja, Angel pun menyimpulkan teman-temannya itu sudah tidak ingin berteman dengan dirinya.

Hanya satu anak bernama Hayati yang ada di dalam kelas, perlakuan warga sekolah pada Hayati sama dengan Angel, tapi bedanya jika Angel adalah putri dari pengidap gangguan kejiwaan, Hayati sendiri sudah divonis mengidap bipolar, mulanya saat awal-awal ia memiliki banyak teman, tapi lama kelamaan gejala bipolar yaitu depresi serta manianya sering kambuh sehingga membuat teman-temannya menjauh, pun Angel, meski Angel tidak begitu menjauh karena ayahnya punya gangguan jiwa juga meski berbeda jenis.

Tapi Hayati hampir tidak pernah dibawa bermain ke rumah oleh Angel, pernah sekali waktu pada suatu hari ia bermain ke rumah tetapi Hayati yang kebetulan manianya memuncak seperti menyinggung Yanto yang paranoidnya sedang kumat, akibatnya Hayati dibanting oleh Yanto, untungnya hal itu diselesaikan secara kekeluargaan tanpa menyebar kemana-mana.

Hayati memandang papan tulis, gadis bernama lengkap Nuri Hilda Hayati tersebut sama sekali tidak sadar ada Angel di belakangnya yang sedang makan bekal yang dibuatnya sendiri di rumah, sebuah roti tawar bakar dengan isi selai stroberi, Angel kemudian memakan roti tawar bakar buatannya tersebut hingga tersisa satu buah, Angel pun berniat memberikan satu roti pada Hayati, tetapi baru Angel mendekat, Angel melihat gerak-gerik Hayati yang tidak mau diganggu, yaitu meletakkan kepala dan kedua tangannya di meja, Angel pun mundur tidak jadi memberikan roti tawar bakarnya.

Angel mempunyai pengharapan, semoga jarak ia dan Hayati bisa dipersempit, seperti pengharapan Angel pada ayahnya, Yanto. Angel percaya harapan bakal bukan jadi mimpi dan bakal berakhir jika ia rajin belajar di sekolah dengan benar, bisa menjaga emosi, berusaha mengendalikan diri, dan patuh pada apa yang benar, tetapi dengan segala usaha Angel tersebut justru cara-cara tersebutlah yang membuat Angel di masa depan sampai saat prolog ditulis berjarak dengan siapapun yang dikenalnya, Angel dianggap kaku seperti robot dan menganut paham keadilan absolut, bahkan Angel dipanggil oleh sebagian teman kelasnya sebagai Fleet Admiral Akainu, yang berasal dari manga populer, One Piece.

Angel menatap Hayati yang meletakkan tangan dan kepalanya di meja, dalam hati Angel merasa bersalah tidak bisa menghibur teman kelasnya tersebut, karena jika tidak mau diganggu dan didekati biasanya depresi dari bipolar Hayati sedang timbul.

***

Memang selalu ada berkah dibalik musibah, berkat keviralan kasus Yanto memukul kepala Syafril dengan tabung gas, banyak yang bersimpati pada Syafril sehingga banyak yang melakukan penggalangan dana, para selebritas seolah berlomba melakukan penggalangan dana untuk biaya rumah sakit Syafril, karena besarnya nama mereka dalam masyarakat, penggalangan dana itu pun terkumpul melebihi target, selebriti-selebriti tersebut pun bukannya tanpa pamrih, dengan keviralan kasus Yanto, viewer dan pengikut serta subcriber mereka bertambah, meski tidak sampai signifikan jumlahnya, orang-orang yang ingin membantu Syafril pun akhirnya menjadi pengikut sang artis karena merasa tersentuh dengan kebaikan sang artis.

Tapi nahas bagi Yanto, dengan banyaknya yang tidak paham tentang gangguan kejiwaan, banyak sekali yang menyalahkan dan menghakimi pria tersebut secara sepihak, Yanto dicaci-maki, dianggap sampah, layak dieksekusi mati, tidak pantas hidup. Bahkan ada jargon "Jika ada orang tua yang tega menganiaya anaknya, dia pasti berasal dari klan yang sama dengan Yanto." kata klan sendiri merujuk pada anime populer berjudul Naruto, dimana di beberapa desa yang menganut sistem ninja terdapat beberapa klan atau marga yang tinggal di desa-desa tersebut.

Yanto melamun, ia hanya melamun tanpa melakukan apapun, teman-temannya yang bermain kartu remi sambi merokok, ngeteh dan ngopi diacuhkan meski sudah berkali-kali Yanto diajak untuk nimbrung.

"Mas, sebetulnya masnya masih tertekan ya sama keadaan mas yang viral itu?" Tanya Mulyono, pasien asal Purwokerto yang dipindah ke Grogol atas permintaan keluarganya sendiri.

"Kasusku berat. Anakku hampir mati." Balas Yanto yang masih memandang langit.

Sambil memandang langit juga Mulyono berkata:

"Saya malah bunuh bayi kembar saya dua, saya punya anak tiga, waktu itu ada bisikan, kalau diterjemahkan ke bahasa indonesia begini..." Ungkap Mulyono yang mengejutkan Yanto.

"Bunuh? Beneran bunuh?" Tanya Yanto amat terkejut.

"Iya." Jawab Mulyono.

"Gimana bisa?" Tanya Yanto amat sangat penasaran.

"Jadi, mas. Waktu itu di dalam kepala saya terdengar bisikan, yang jika di Indonesiakan akan berbunyi "Dua diantara tiga anak kembarmu adalah setan, dajjal-dajjal kecil yang nantinya akan menyebar dan membuat ajaran palsu, untuk mu adalah pahala besar jika engkau menghabisi keduanya" Gitu." Jawab Mulyono menjawab rasa penasaran Yanto.

"Langsung, saat itu juga dibunuh?" Tanya Yanto yang jadi tertarik dengan cerita Mulyono.

"Saya mikir dulu selama 3 minggu, lalu saya merasa, seolah jika saya sedang berdoa, berdzikir atau shalat tiba-tiba dua dari anak saya rewel, minta susu lah, berak lah, ngompol lah." Jawab Mulyono menjelaskan.

"Oh, jadi waham masnya merasa bahwa anak-anak bayi Mas Mulyono menghalangi mas untuk beribadah?" Yanto menyimpulkan sekaligus menanyai Mulyono kembali.

"Iya. Betul, mas." Jawab Mulyono.

“Masnya kok namanya Jawa sekali, Yanto? Mulyono menanyakan itu karena heran pasien dengan logat betawi kental memiliki nama yang kejawaan.

"Saya lahir di Pancurendang, Ajibarang, cuma 2 bulan disana, lalu bapak pindah ke ibukota ini." Jawab Yanto melepas dahaga keingintahuan Mulyono.

"Oh." Ucap Mulyono sambil mengangguk.

"Yuk, mas. Sini main rame-rame, masnya kan sekarang udah ngerasa gak sendirian lagi 'kan?" Ajak Mulyono yang sekaligus menanyai sebuah pertanyaan yang intinya adalah berharap Yanto membuang jauh rasa sebagai satu-satunya pendosa yang terlihat dari tindak-tanduk Yanto.

"Di dunia ini gak ada yang abadi, mas."

Lihat selengkapnya