Berharga

Reva Lenathea
Chapter #5

Ibu

Sukmawati dipapah ke ranjang di kamarnya, ia terdiam, sesekali ia tersenyum dan mengangguk ketika ditanya apakah dia baik-baik saja baik oleh Budi, Tutik, Ajeng ataupun Angel dan Bara, ia menyembunyikan jeritan hatinya ketika tadi melihat Syafril yang tidak bisa apa-apa, meski Syafril menunjukan senyum ketika Sukmawati melihatnya, hati ibu mana yang tidak sakit melihat anaknya menjadi lumpuh tak berdaya.

"Ibu mau ditemenin apa mau sendiri?" Tanya Bara.

"Ibu sendiri aja." Jawab Sukmawati lagi-lagi sambil pura-pura tersenyum.

"Saya buatkan susu ya, budhe." Ajeng menawarkan dengan wajah ramah yang dibalas anggukan dan senyuman dari Sukmawati.

"Bu, kami tinggal dulu. Saya Sulastri dan ini Ida, kami yang bertugas merawat ibu, nanti susunya kami yang antarkan." Ucap seorang perawat bernama Sulastri sembari memperkenalkan diri, yang kembali dibalas anggukan dan senyuman oleh Sukmawati.

Sukmawati berubah sikap menjadi lebih mudah tersenyum, biasanya pada siapapun ia selalu menunjukan wajah yang sedih serta cemberut, hal itu adalah cara protesnya, protes karena baginya hidup tidaklah adil, dimana iparnya Tutik mengalami kesuksesan sedangkan dirinya harus hidup dengan Yanto yang seorang pengidap gangguan jiwa.

Ditambah sewaktu di rumah sakit ketika semua orang mengira dirinya belum sadar, ia mendengar sendiri keluhan hati Bara dan Angel yang menyatakan bahwa Sukmawati adalah seorang pengekang yang membuat mereka tertekan, saat keributan sebelum Syafril dihantam kepalanya oleh Yanto pun, Syafril dengan emosi mencurahkan rasa bahwa Sukmawati seorang pengekang yang tidak tahu mana yang seharusnya ia bela, hal itu Syafril katakan karena bukannya membela Syafril, Sukmawati justru mempertanyakan mengapa Syafril menyerahkan uang tersebut padanya, padahal itu bisa memicu konflik dengan Yanto. 

Syafril berteriak memaki-maki Sukmawati sebelum dihantam tabung gas oleh Yanto. Sukmawati mengira pemicunya ialah karena Syafril yang bagi Yanto berani membentak seorang ibu jadinya Yanto menghantam kepala Syafril dengan tabung gas, padahal faktanya tidak, fakta sebenarnya adalah Yanto menghantamkan tabung gas disebabkan Yanto berdelusi melihat mata Syafril yang mengeluarkan api dan giginya menjadi bertaring.

"Bu, ini susunya sudah jadi." Suara Ida sedikit keras sambil mengetuk pintu.

"Iya, masuk saja." Balas Sukmawati dengan suara yang juga keras agar Ida mendengarnya.

Ida masuk kemudian menaruh susu di meja.

"Susunya masih panas, bu. Tunggu hangat sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh menit lagi." Beritahu Ida.

"Iya." Jawab Sukmawati, lagi-lagi dengan wajah penuh senyuman.

Sukmawati menunjukkan senyum sampai Ida keluar kemudian menutup pintu, kemudian ia menangis, Sukmawati merasa gagal sebagai ibu, ia merasa membuat anak-anaknya tertekan, menjadi penyebab utama lumpuhnya Syafril, dan ia pun teringat kembali pada Intan, Intan seharusnya bisa selamat menurut pandangan Sukmawati, tetapi dirinya yang tidak menjaga pola makan saat hamil membuat Sukmawati menyalahkan diri bahwa ialah yang menyebabkan Intan gagal lahir ke dunia, ditambah berat Intan setelah dikeluarkan dari janin Sukmawati hanya beberapa ons, akibatnya Sukmawati beranggapan bahwa Intan meninggal karena kurang gizi selama dalam kandungan, ia makin menangis menjadi-jadi setelah teringat dirinya menyalahkan Yanto karena tidak bisa memperingatkannya untuk pola makan dan tak sanggup untuk menafkahi demi membeli makanan bergizi, Sukmawati merasa bersalah telah menyalahkan Yanto.

***

Di luar kamar Ajeng, Bara, dan Budi sedang menonton televisi, Tutik sedang bersama Ida dan Sulastri memasak di dapur, terlihat mereka sedang memotong dan mencuci bahan-bahan, Angel sedang browsing di internet, ia mulanya mencari cara mengobati kecemasan selain dengan obat, karena Angel merasa Alprazolam yang diberikan oleh Ajeng pasti harganya mahal, ia penasaran dengan harga Alprazolam, dan mencari tahu tentang obat tersebut lewat internet.

Angel pun membaca harga Alprazolam yang mencapai 750 ribu di sebuah situs tanpa ia sadari Angel melewatkan keterangan bahwa obat tersebut harus dengan resep dokter, tanpa tahu akibatnya Angel yang memang masih anak-anak berusia 11 tahun itu bertanya dengan polosnya dengan suara keras pada Ajeng.

"Kak Ajeng, satu strip obat Alprazolam yang kakak kasih ternyata harganya mahal, nanti Angel berusaha balikin." Ucapan Angel mengagetkan semua orang terutama Ajeng yang langsung merasa dag dig dug.

Tutik yang tahu anaknya memberikan obat yang seharusnya dengan resep pada keponakannya datang dengan langkah cepat, Budi juga menanyakan dengan nada tinggi apa benar Ajeng memberikan obat yang seharusnya dengan resep dokter. 

"Ajeng kamu kasih obat yang harusnya pake resep yang termasuk obat terlarang?!" Tanya Budi.

"Mungkin Angel halu, pah. Gara-gara kecapean." Kilah Ajeng mencoba menyangkal untuk membela diri, tetapi jawaban Angel yang menyatakan memang Ajeng memberinya obat dan langsung menunjukan bukti satu strip Alprazolam membuat tamparan keras dari Tutik mendarat di pipi Ajeng.

"Ibu kecewa sama kamu, ya! Kirain kuliah bener, nyatanya kamu pengedar! Siapa yang nyuruh kamu?! Bos kamu siapa?! Si Pras yang kemarin datang antar hape kamu?!" Tanya Tutik dengan nada marah yang penuh kekecewaan.

"Kamu bukan pemakai 'kan, Jeng?" Tanya Budi yang hanya dibalas Ajeng yang makin diam menunduk.

Lihat selengkapnya