Tiga tahun telah berlalu sejak semua yang terjadi, banyak pahit manis meski lebih banyak pahit yang menyertai, Sukmawati sering kumat dan mengamuk, bisa dibilang keseharian Angel di malam hari selepas pulang sekolah adalah menghadapi kemarahan dan kekumatan Sukmawati hampir sepanjang hari. Ida dan Sulastri sesuai perjanjian yang ditandatangani hanya bisa menjaga sampai jam 6 sore, tentu saja mereka juga manusia biasa yang punya kepentingan dan keluarga sendiri, sedangkan Bara sibuk bekerja di toko kain sari Tante Tutik, sedangkan Syafril yang lumpuh total hanya bisa memperhatikan, sesekali Angel dan Bara melihat air mata menetes dari mata kiri Syafril, jika sang ibu mengamuk atau kumat.
Angel yang kini kelas 2 SMA sedang mengerjakan tugas pelajaran bahasa inggris, Angel belajar dengan serius di kamar Sukmawati yang sedang tertidur, hal itu ia lakukan supaya bisa belajar sambil mengawasi sang ibu, pintu pun Angel buka agar Angel dapat mengawasi Syafril, Angel melongok ke arah Syafril berulang kali, Syafril dilihatnya sedang memandang keluar jendela, melamun.
Ada sekitar 27 soal lagi yang harus Angel selesaikan dari 36 soal yang tersedia, satu soal dia selesai dalam waktu 10 menit, sebenarnya bisa hanya 3-5 menit, tapi Angel yang mengicar ranking 1 di kelasnya bahkan di sekolah, Angel berkali-kali mengecek apakah jawabannya sudah betul atau masih salah.
"This itu yang jadi kata verb III nya adalah, A. These, B. Those..."
Angel membaca salah satu soal dalam hati, ia membolak-balikan buku, kemudian ia membaca sesaat keterangan di salah satu soal yang berkaitan dengan soal yang dibaca, ia mengangguk-angguk kemudian menuliskan jawabannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, sepertinya semua berjalan lancar dan Angel pun tinggal menyelesaikan satu soal lagi, tetapi tiba-tiba pintu diketuk, tapi Angel merasa tidak ada yang mengucap salam, jika Bara yang datang, ia pasti akan mengucapkannya dengan keras, lagipula Bara berkata dia baru akan pulang jam setengah 1 malam karena toko kain sari Tante Tutik sangat sibuk hari itu.
Angel ketakutan, ia takut rampok yang masuk, dirinya dan dua orang yang sakit di rumah tentunya tidak akan mampu melawan sekelompok rampok.
"Siapa?" Tanya Angel di depan pintu dengan nada ketakutan.
"Assalamualakum. Ini bapak, Njel." Suara Yanto tiba-tiba mengejutkan Angel, Angel membuka pintu, tak percaya yang ada di depan matanya.
Yanto berdiri sambil didampingi tiga petugas Rumah Sakit Jiwa Grogol, salah satunya David.
"Maaf, malem banget. Tadi udah nelpon sekitaran jam 9 malam, bahwa pak Yanto dipulangkan karena kondisi kepulihannya sudah 90 persen, tapi gak ada yang ngangkat." David menerangkan pada Angel.
“Oh. Saya sedang ngerjain tugas, jadi hape saya silent.” Terang Angel.
"Saya, David. Yang biasa mengurus bapaknya... Ini Angel?" David memperkenalkan diri sekaligus menanyai apakah yang di depannya adalah Angel, sebab lebih dari tiga tahun yang lalu Angel, Bara dan Sukmawati juga sempat menjadi sorotan setelah kasus Yanto viral.
"Ya. Saya Angel yang waktu itu." Jawab Angel yang menyalami David dan dua petugas rumah sakit jiwa lainnya.
"Masih berobat untuk kecemasannya?" Tanya David.
"Alhamdulillah, masih." Jawab Angel sambil tersenyum.
"Puji Tuhan." Jawab David
Sedangkan dua petugas lainnya mengucap “Alhamdulilah.”
"Jadi bapak sudah diperbolehkan pulang, pak?" Tanya Angel pada David dan dua petugas rumah sakit jiwa lainnya.
"Ya, tingkat kepulihan sudah 90 persen, sesuai prosedur pasien dengan tingkat kesembuhan 90 persen wajib dilepas oleh petugas rumah sakit, tapi tiap minggu nanti akan ada yang mengawasi dari pihak kami." Jawab David menerangkan.
"Mari minum dulu, pak. Ada sedikit cemilan juga." Ucap Angel mengajak David dan dua petugas lainnya untuk masuk ke dalam.
"Gak perlu. Cemilannya untuk bapak saja." David menolak dengan halus.
Tiba-tiba dari dalam Sukmawati bertanya dengan nada tinggi dari dalam kamar.
"Siapa?!"
Yanto pun menjawab dari tempatnya berdiri.
"Saya, bu. Bapak. Saya sudah pulang, saya sudah hampir sembuh. Jadi dibolehin pulang."
Namun jawaban yang diterima oleh Yanto amat mengejutkan, membuat David dan dua petugas Rumah Sakit Jiwa Grogol bersiaga jika memang Sukmawati harus dibawa paksa untuk rawat inap.
"Anjing! Pembunuh berani nampakin diri, lu! Cuih, sana bareng-bareng orang gak waras lainnya. Dajjal kecil, anak yang lahir dari mulut terkutuk iblis laknatullah! Yang nganter pasti anak buah iblis juga. Mereka mau apa?! Numbalin Angel sama Bara?! Belum cukup kalian sama Intan terus Syafril?!"
Yanto hanya terdiam menunduk, ia tahu ialah penyebab kesengsaraan keluarganya selama ini. David menepuk pundak Yanto kemudian mengelus-elusnya.
"Yang sabar, pak. Bapak juga sudah dengar kondisi ibu sekarang dari kami 'kan?" David menenangkan.
"Iya, saya tahu. Tapi gak tahu kalau separah itu." Isak Yanto.
Angel memeluk ayahnya, sambil memeluk ayahnya Angel berkata.
"Sabar, pak. Semoga bapak kuat hadapin ibu."
"Iya. Sekarang bapak jadi ngerti gimana rasanya hadepin ODGJ. Bapak ngerasain sendiri sekarang. Mungkin ini udah karma bapak."
"Bukan, pak. Ini bukan balasan untuk bapak. Kita saja yang sedang diuji." Jawab Angel sambil menenangkan Yanto.
"Bagaimana kita lihat kondisi Bu Sukmawati dulu apa?" Tanya salah satu petugas rumah sakit pada David.
David mengangguk yang dijawab pernyataan lain dari petugas satunya lagi.
"Ya, bisa. Kita awasi, dan jika ada apa-apa kita bawa Ibu Sukmawati."
Jawaban dari petugas itu tentu mengejutkan Angel dan Syafril, dimana Syafril mendengar semuanya dari dalam.
"Memangnya tidak menunggu prosedur dulu, pak?" Tanya Angel pada David dan dua petugas rumah sakit jiwa lainnya.