Hari sudah menunjuk pukul 4 sore, sudah 8 bulan Yanto bekerja di toko kue milik Ajeng, pekerjaannya memuaskan dan efeknya Yanto sering mendapat bonus dari Ajeng, tapi agar Yanto dan kawan kerja yang lain tidak salah mengira Yanto mendapat bonus karena pakde dari Ajeng, Ajeng pun selalu menjelaskan alasan seorang mendapat bonus dengan detail begitu pun termasuk Yanto sehingga tidak ada rasa curiga bagi karyawan lain atau tidak enak hati bagi yang mendapat bonus.
Yanto bersiap pulang, tiba-tiba Ajeng memanggil Yanto yang sudah menyalakan motornya, Ajeng yang tahu Yanto akan menjenguk Sukmawati yang sudah stabil menitipkan sebuah tas kresek besar berisi kue dan roti.
"Untuk dikonsumsi bareng Budhe Sukma di rumah sakit."
"Juga buat Angel, Syafril sama Bara di rumah."
Ucap Ajeng pada Yanto, kemudian Ajeng menambah kata-kata "Semoga budhe lekas pulih total." Yang dibalas "Amin." oleh Yanto.
Dalam 8 bulan kepulihan Sukmawati sudah mencapai 55 persen, hal itu disebabkan Kyai Burhanudin yang kharismatik berhasil memberi wejangan bersifat agamis yang jauh dari kata menyimpang dan sesuai dengan ajaran agama Islam yang sejati. Sering Sukmawati menangis kemudian seperti merasa disejukkan setelah mendengar ceramah kakek yang telah memiliki 9 cucu tersebut.
Hari ini pun Sukmawati sedang memimpin pengajian di salah satu ruang, dimana ibu-ibu lain yang juga mengidap gangguan kejiwaan ikut menyimak tausiah dari Sukmawati, isi tausiahnya ialah pentingnya untuk hanya percaya pada ajaran agama yang bersumber dari Al Quran dan Hadist yang shahih, jangan langsung percaya dengan apa yang tersebar di media sosial, dan jangan percaya akan tipu-tipu berbau agama yang menawarkan kekayaan instan dengan tak masuk akal.
"Sebab meski Allah itu maha kuasa, bisa segalanya, tetap Ia memberi kita rezeki dan kesehatan dengan logika serta nalar yang sehat." Ceramah Sukmawati.
"Untuk apa? Agar kita bisa mensyukuri dengan segala jiwa raga apa yang menjadi rezeki kita." Tambah Sukmawati dalam tausiahnya.
"Kalau kita langsung ditimpa uang dari langit semisal 1 milyar gitu, kita jadi berbunga-bunga, tidak ada itu rasa syukur mendalam atas peluh kita seperti saat kita sehari dapat 50 ribu. Kebanyakan kita akan lupa Tuhan." Tambahnya lagi.
"Mungkin kita akan sujud syukur, tapi habis itu lupa ibadah. Kalau rezeki kita dikasih pelan-pelan oleh Yang Maha Kuasa kita akan terus terhubung dengannya, terus memohon agar diberi kelancaran rezeki." Sukmawati makin bersemangat.
"Itu bukan Allah yang egois, tapi Ia memang ingin kita memiliki rasa syukur atas rezeki kita yang mengalir perlahan tapi lancar. Rasa Syukur sebetulnya salah satu rezeki terbesar lho, bu." Yang diamini oleh ibu-ibu penghuni Panti Rumah Sakit Jiwa Grogol.
Yanto mendengar dari luar tausiah dari istrinya tersebut, ia tersenyum bahagia, air mata haru menetes dari pipinya, tanda bahwa Yanto bahagia, dengan hampir pulihnya sang istri, meski masih belum sepenuhnya, tapi Yanto yakin istrinya itu bakal pulih total dan yang membuat Yanto makin bahagia adalah kepulihan istrinya yang sudah diatas 55 persen itu didapat sejak 2 bulan yang lalu alias 6 bulan setelah menjadi penghuni rumah sakit, itu artinya kepulihan Sukmawati lebih baik ketimbang ketika Yanto dirawat dulu, dengan telah hampir pulihnya Sukmawati, jarak yang menghalangi mereka sebagai suami-istri perlahan-lahan mulai terkikis habis.
Tausiah pun berakhir Yanto mengelap airmatanya supaya sang istri tak melihat ia menangis haru, seperti pria kebanyakan Yanto merasa gengsi jika menangis, pun supaya istrinya tak salah paham mendapati suami itu menangis.
Sukmawati keluar dari ruangan bersama ibu-ibu yang lain, Sukmawati melihat Yanto, mendekatinya kemudian mencium tangan suaminya tersebut.
"Sudah lama, pak?" Tanya Sukmawati.
"Ya, sekitar 25 menit." Jawab Yanto yang ia lanjut dengan kata-kata "Ini ada oleh-oleh dari Ajeng, kue sama roti." Yanto memperlihatkan kresek yang berisi dus kue dan roti.
"Buat anak-anak saja, pak. Buat Angel, Bara juga Syafril." Ucap Sukmawati yang sebagai ibu tentu mengingat anak-anaknya pasti akan senang bila mendapatkan kue dan roti, apalagi yang enak seperti yang dijual oleh Ajeng.
"Sudah dong, bu. Ajeng juga nitip buat anak-anak, lagipula bapak juga pasti inget mereka." Balas Yanto sambil mencolek pipi istrinya itu.
"Malu, pak. Lagipula habis tausiah, malah sekarang kayak orang pacaran." Wajah Sukmawati memerah.
"Yuk ke ruang ibu, kita nikmati kuenya disana." Ajak Yanto.
"Temen-temen yang deket bangsal ibu, ibu kasih kue sama rotinya, boleh?" Tanya Sukmawati.
"Boleh-boleh saja, kue ini kan udah jadi haknya ibu, Ajeng juga bilangnya ini buat ibu, jadi hak ibu untuk ngasih ke siapa." Tutur Yanto yang dibalas senyuman oleh Sukmawati.
"Pak, nanti imami saya shalat Maghrib, 15 menitan lagi adzan." Pinta Sukmawati yang dibalas "Oke, nyonyah." Akibat kata-kata tersebut Sukmawati senyum-senyum sendiri.
Yanto memperhatikan dan berkata "Kumat, bu?" Yang kemudian dibalas oleh Sukmawati dengan kata "Bukannya kumat, bapak yang lucu." Sambil tersenyum-senyum.
***
Angel menyuapi kue cokelat pada Syafril yang menjadi kesukaan dari remaja yang kini tepat berusia 16 tahun tersebut, Syafril merasa amat senang serta bahagia karena di hari ulang tahunnya banyak kue dan juga roti, meski ulang tahunnya tidak dirayakan, Syafril merasa puas karena dalam beberapa hari keluarganya bisa makan kue serta roti yang enak.
Suara salam dari Ajeng di luar terdengar, Angel pun membuka pintu sambil membalas salam dari Ajeng.