Bara duduk, ia sesekali mengecek handphone nya, Bara sedang chatting dengan Tasha di Whatsapp, sesuai perjanjian Tasha akan mengirim chat untuk selalu melaporkan keadaan Angel.
Hari ini sejak subuh Angel sudah merasakan kejang psikotik lebih dari tiga kali, rentang kejang tidak beraturan waktunya dan semuanya muncul tanpa ada sebab-akibat. Hal itulah yang membuat Bara sebetulnya ragu menitipkan Angel pada Tasha, meski ia, Tutik dan Budi juga Ajeng sudah mengedukasi Tasha tentang kejiwaan tapi setahu Bara gadis yang diminta bantuannya tersebut masih minim pengetahuan jiwanya meski faktanya tidak.
"Kamu sarapan dulu sana, Bar. Kamu tadi berangkat belum sempat sarapan." Suara Sukmawati memecah kesunyian disaat Bara sedang chat sambil melamun.
"Nanti saja, bu. Terlanjur ini. 2 nomor lagi ibu dipanggil." Balas Bara terhentak dari lamunannya.
"Oh. Ya udah kalo gitu." Sukmawati menjawab dan kembali melihat pemandangan orang-orang yang juga sedang mengantri.
Tapi batin Sukmawati tahu ada yang tidak beres dengan putranya itu, tapi ia tak ingin terlalu membebani anaknya itu, ia tahu Bara mengetahui sakit Sukmawati, jika ia menanyakan apa yang sedang menjadi beban pikiran Bara maka beban Bara akan bertambah dikarenakan menyimpulkan ibunya tersebut kepikiran yang bisa membuat mental menjadi tak stabil.
David yang sedang mengantar dokumen pasien lewat, tanpa sengaja ia melihat Bara dan Sukmawati, dirinya bingung apakah akan menyapa atau pura-pura tidak melihat, karena pesan Whatsapp yang David kirim pada Yanto di pagi harinya.
Tapi David tidak ingin jiwanya juga tertekan secara mental, ia tentu tak ingin rasa tertekannya itu menjadi depresi yang membuatnya bisa terkena gangguan mental karena sebagai petugas kesehatan jiwa David tahu bahayanya mendapat gangguan jiwa
David pun berani mendekati Bara dan Sukmawati untuk menyapa meski mungkin akan ada suasana yang tidak mengenakkan serta canggung yang berkaitan dengan chat ia ke Yanto pagi tadi.
David rasa chat soal apakah Yanto bisa pulih total itu sangat mengecewakan Yanto, apalagi Yanto hanya membalas, "Oh. Y." Kata "Oh." Seolah tak ingin membalas lebih banyak dan "Y." Hanya singkatan dari "Ya." Yang bagi David saat itu Yanto menulis chat tersebut dengan kondisi kesal.
"Bar, antar ibu?" David berbasa-basi menyapa Bara.
Bara diam saja, David takut Yanto kenapa-kenapa dan itu membuat keluarganya termasuk Bara marah padahal Bara melamun karena perkara kejang Angel.
Bara digoyang-goyangkan tubuhnya oleh Sukmawati, "Bar. Itu Pak David nyapa."
Bara tersentak dari lamunannya kemudian menyalami David, tak ada senyum yang terlihat seperti biasa ketika Bara berinteraksi dengan David sebelum-sebelumnya yang tentu membuat arah pikiran David mengarah pada kondisi Yanto. David tak tahu ada hal lain yang sedang dipikirkan Bara.
David tak tahu harus berkata apa, ia yang tadinya ingin menanyakan "Bapak baik-baik aja?" Tak jadi dan dipendam, karena mungkin tadi pagi Yanto sempat mengamuk.
Meski itu seperti pertanyaan orang yang peduli, tapi David adalah petugas kesehatan jiwa yang tak etis jika rasanya ia menanyakan hal yang sudah ia tahu jawabannya, meski masih 50/50 antara mengamuk atau hanya kecewa, tapi kedua-duanya adalah rasa negatif.
"Main ke rumah, bapak pengen ngobrol. Udah lama gak ketemu." Ucapan Bara seperti sebuah sindiran kepada David sehingga membuatnya merasa bersalah, apalagi Bara mengucapkan hal tersebut dengan senyum tiba-tiba yang dipaksakan.
Pembicaraan sepertinya akan makin canggung, David berniat meminta maaf tapi tiba-tiba Sukawati dipanggil oleh petugas.
"Saya dan ibu tinggal dulu ya, Pak David." Ucap Bara ramah sambil menyunggingkan senyum yang kembali terlihat dipaksakan disebabkan ia masih memikirkan Angel yang diartikan lain oleh David.
David hanya bisa menjawab "Baik. Silakan." Dengan senyum tersungging yang juga ia paksakan karena kini David merasa cemas dengan keadaan Yanto dan keluarganya.
David memperhatikan Bara dan Sukmawati yang masuk ke ruang praktek, dilihatnya Bara yang tadi tersenyum nampak berwajah muram, dirinya yakin muramnya wajah Bara disebabkan chat-nya pada Yanto di pagi hari, David tak sadar bahwa Sukmawati sejak tadi menunjukkan keramahan, tapi alam semesta seolah hanya ingin David hanya memperhatikan Bara.
***
Angel bercermin, ia cemberut, bukan karena berat badannya yang kini bagi gadis seusia dirinya tidak proporsional tetapi ia merasa menjadi sampah, beban yang membawa penyakit bernama kecemasan akut yang kini harus membebani keluarganya.
Apalagi hanya di rumah hanya Bara yang sehat, itu pun hanya diluar saja, Angel tidak tahu bagaimana sebenarnya dalam hati Bara yang menjadi satu-satunya orang normal dari keluarga kecil tersebut, ditambah beban kerja meski sang kakak bekerja di toko tantenya sendiri.
Dan Angel pun kini memikirkan soal asmara, gadis seumuran dirinya rata-rata sudah memiliki pacar, meski Angel tahu beberapa dari mereka melakukan hal negatif seperti seks diluar nikah, tapi tetap saja Angel adalah remaja putri yang juga ingin disapa sayang oleh seseorang ketika chat atau bertelepon.
Waktu berlalu, tanpa terasa jam di dinding menujukkan pukul 13.30, ia melihat Tasha yang menjaganya tidur di samping dirinya, Angel yang mengenal Tasha selama beberapa tahun karena sering berkunjung ke toko Tante Tutik memperhatikan Tasha yang pulas, ia merasa akibat sakitnya kini Angel melibatkan orang luar meski Tasha dan Angel sudah seperti kakak dan adik, tapi tetap saja Angel tahu Tasha tetaplah orang lain. Karena dirinya yang membuat repot banyak orang Angel merasa dirinya adalah sampah.
Tiba-tiba Angel merasa lapar, dirinya pun memutuskan untuk pergi ke dapur untuk membuat mi instan, dan juga ia hendak memberi makan Maru dan Chiki.
Setelah memberi makan kucing ketika memasukkan mie ke dalam air berbagai pikiran yang membuat Angel merasa sebagai sampah semakin kuat, ia pun berniat mengambil alprazolam kemudian baru ingat kalau obatnya pas untuk satu bulan, Angel yang tadinya berniat ke kamar untuk mengambil obat mumpung mie masih direbus dan belum matang mengurungkan niatnya.
Beberapa saat kemudian mie matang, Angel yang sebetulnya sejak tadi dalam keadaan kejang karena pikirannya yang terlalu berlebih itu berniat membawa mie ke meja makan, tapi karena sistem syaraf Angel ia baru ingat ada Tasha yang sedang menjaganya, tak enak dengan Tasha, Angel pun memutuskan untuk membuat satu mie lagi untuk Tasha.
Angel memasak mie dalam keadaan kejang psikotik, kejangnya tersebut ia tahan, meski rasanya tidak karuan, apalagi Angel sedang merasa dirinya adalah sampah. Angel tetap memaksakan diri sampai akhirnya mie matang dan Angel membawa dua piring mie tersebut untuk diletakkan di meja makan.
Angel menyantap mienya, tepatnya mie goreng, sedangkan mie goreng milik Tasha ia tutup dengan tujung saji. Angel menyantap dengan keadaan kejang yang tentu membuat nikmatnya rasa mie goreng sangat jauh berkurang, Angel tetap menyantap mie nya karena lapar, karena ia tahu jika Angel tidak melanjutkan makannya perutnya tidak akan terisi penuh dan memperparah kejangnya. Ia tetap menyuap sendok demi sendok mie goreng secara perlahan.
"Wah, enak sekali aromanya, Njel." Tasha menyapa Angel yang sedang menyantap mie secara perlahan.
Dengan kagok Angel membuka tudung saji, "Buat kak Tasha sudah aku buatkan juga." Dimana ekspresi kejang nampak terlihat jelas oleh Tasha.