Berharga

Rere Valencia
Chapter #12

David

"Pagi, Pak David."

"Pak David. Sehat-sehat,ya."

"Semangat pagi, pak."

"Selamat sore dan bekerja, pak."

"Pak David! Semangat, ya!"

"Wah. Baru datang, Pak David? Sudah malam. Katanya shift pagi?"

"Sugeng dawuh."

Begitulah sapaan dari penghuni panti jiwa Rumah Sakit Grogol tempat sehari-hari David bekerja.

Ia yang masih melajang namun sudah menjalani hubungan tanpa status hampir selama 10 tahun tersebut selalu menjawab sapaan ramah para penghuni panti, meski seringnya ada juga yang jelas-jelas masih pagi tapi dibilang selamat sore atau siang atau bahkan malam, David maklum karena kejiwaan para penghuni panti jiwa.

Hari ini David menjalankan tugas seperti biasanya, bahkan sejak bangun tidur ia belum sempat untuk cek handphone, kali ini David sedang disiapkan menjadi wasit pertandingan sepakbola antara blok mawar dengan blok anggrek dari panti jiwa Rumah Sakit Jiwa Grogol.

Kemarin ia menjadi juru masak dadakan saat ada lomba masak antara blok teratai dengan blok mawar, kemarinnya lagi menjadi pengiring keyboard lomba menyanyi antar blok.

Ya, David memang petugas kesehatan jiwa yang serba bisa, tapi bukan karena dia bisa segalanya, melainkan ia berani untuk mencoba dan akhirnya lama-lama terbiasa, untuk musik selain keyboard ia juga bisa bermain drum, gitar dan juga gitar bass bahkan saksofon atau segala jenis musik gesek, untuk suara pun tak jarang yang membandingkannya dengan penyanyi lawas, Sam Cooke.

Tapi ditengah orang-orang yang mencintai David dan meskipun ia hidup tanpa hutang, ada hal yang mengganjal hatinya, ia menjalani hubungan tanpa status dengan seorang pengusaha sukses bernama Anin.

Tapi cara hidup Anin benar-benar membuat David tak kuat, Anin adalah anak seorang pengusaha kaya raya dan tak segan membeli barang mewah yang berkelas. Tapi bukan itu yang membuat David merasa resah.

Anin menjalankan bisnis pornografi yang tentunya ilegal di Indonesia, selain menjadi pemilik bisnis ia merangkap sebagai pemain.

Tak satupun yang terlibat dalam bisnisnya termasuk Pras yang tahu bahwa Anin lah orang yang ada dibalik bisnis terlarang tersebut.

Ya, Pras adalah orang yang dimanfaatkan oleh Anin untuk pundi-pundi rupiah, juga obat terlarang pun Pras mendapat stok dari wanita yang masih berusia 29 tahun tersebut.

Kemarin pun David langsung menghubungi Anin setelah menerima chat dari Angel, Anin mengatakan itu bukan urusan David tapi Anin sendiri tak menampik jika Ajeng adalah salah satu aktrisnya.

"Eh, Angel itu punya kecemasan akut, bapaknya pasien gue. Awas aja kalo lu manfaatin."

Begitulah ancaman David pada Anin yang dibalas bahwa itu bukanlah urusan pria yang seharusnya sudah menikah tersebut.

Sebenarnya dari dulu David bisa saja melaporkan Anin pada polisi, tapi tak bisa. Bukan karena tak punya keberanian atau ada kepentingan ekonomi, tapi karena David sangat mencintai Anin. Ya, Anin amat David dambakan untuk menjadi pasangan hidupnya.

Setiap ke gereja dalam doanya David selalu mengharapkan pertobatan Anin dan berharap Anin mau menjadi pasangan hidupnya.

Tapi Anin terus menerus menolak menikah, alasannya ia takut menikah sebab ia trauma karena ibunya yang merawat ia seorang diri ditinggal oleh sang suami sejak melahirkan Anin.

Untungnya Dian, sang ibu, adalah sosok tangguh sehingga akhirnya ia mewarisi gurita bisnis sang ayah meski sempat hidup sulit, dan sampai sekarang karena usaha keras sang ibu Anin bisa menjalankan banyak bisnis dari legal hingga ilegal termasuk bisnis pornografi dan narkoba yang tentunya memiliki banyak bekingan di belakangnya.

Disela-sela istirahat babak kedua pertandingan sepakbola David mencoba lagi untuk menghubungi Anin.

Namun tak diangkat dan babak kedua pun segera dimulai.

Mungkin karena Anin tahu apa yang ingin David bicarakan, sebab Anin sendiri memiliki kecemasan akut dikarenakan hidupnya. Levelnya bahkan sudah sangat tinggi, melebihi Angel. David sendiri justru tidak tahu itu meski hampir 10 tahun mengenal Anin.

David bingung atas tak digubrisnya panggilan kepada Anin, karena biasanya justru Anin yang getol untuk menghubungi.

David pun bersiap-siap memimpin kembali pertandingan.

***

David sedang makan siang bersama beberapa petugas rumah sakit jiwa, seperti biasa ia dipuji setelah menjalankan tugasnya, kali ini atas kepiawaiannya menjadi wasit pertandingan sepakbola.

Sebetulnya David sedang eneg dan emosinya pada hari itu sedang meninggi disebabkan Anin yang berkaitan dengan Angel.

Beberapa menit yang lalu pun hampir saja ia melempar piring ke kepala salah satu penghuni panti yang terus menerus mengambil lauk makannya tanpa izin kemudian cengengesan tanpa rasa bersalah, untung kecerdasan emosional David tinggi, yang membuatnya menyadari bahwa kebanyakan orang-orang yang ada di sekitarnya tersebut sedang bergelut dengan mentalnya sendiri.

"Pak David, itu lauknya ditambah. Bapak kan capek abis mimpin pertandingan."

"Capek mental-fisik lho, pak."

"Harusnya ada jatah khusus untuk Pak David."

Itulah beberapa kata hiburan dari para petugas kejiwaan lainnya dan beberapa pasien pada pria yang sekarang lumayan gemuk tersebut.

"Capek pasti ya, pak. Ayo pak buat bapak tiga piring gak masalah."

"Ambil saja jatah saya, pak."

"Woy! Woy! Itu paha ayamnya buat pak David! Awas kalo lu embat!"

Lihat selengkapnya