Malam itu pukul 8 malam Bara baru saja pulang, ia nampak kelelahan. Pun Yanto baru sampai 30 menit yang lalu. Keduanya yang tampak kehabisan energi membuat Angel merasa terbebani, ia terbebani karena merasa menjadi beban, apalagi sebentar lagi ia akan naik ke kelas 3, tentu tak sedikit uang untuk ini itu meski 30 persennya ditanggung Tutik dan Budi serta ada pula bantuan dari Ajeng.
Jika ada mesin waktu ingin rasanya Angel ke masa lalu untuk membujuk kakaknya agar tidak meminta pada Budi dan Tutik diturunkan bantuannya menjadi 30 persen saja. Bahkan Angel pun berpikir lebih jauh mengharap ia kembali ke masa lalu agar ia tidak pernah terlahir dari rahim Sukmawati.
Pikiran Angel dibutakan oleh rasa bebannya, ia tak memperhatikan Yanto yang sedang bahagia karena selain gajian ia juga mendapat bonus 15 persen sebagai karyawan terbaik bulanan.
Kue donat sebanyak dua packs nampak terhidang di meja, kecuali Angel semua menikmatinya pun Syafril yang disuapi oleh Sukmawati. Angel juga tak memperhatikan wajah Syafril juga sedih dan murung. Ia merasakan rasa dan pemikiran yang sama seperti adiknya perempuannya.
"Njel, kok donatnya gak dinikmati?" Tanya Sukmawati yang menyeruak bagai alarm, membangunkan Angel dari lamunan.
Angel pun mengambil satu donat rasa kacang dan memakannya. Lalu kata-kata selanjutnya dari Sukmawati membuatnya sepanjang malam berpikir bahwa dirinya adalah beban.
"Ibu jualan donat aja apa, ya?"
"Bukan donat mahal kayak gini tapi, tapi donat yang ada di warung-warung."
"Njel, nanti ibu pinjam hapenya ya buat liat panduan di YouTube cara bikin donat enak." Pinta Sukmawati pada Angel.
Ya, Sukmawati memang tidak memiliki handphone karena merasa sudah tua dan tidak ada keperluan yang mendesaknya untuk memiliki benda yang kini seolah sudah menjadi barang wajib tersebut, Bara pernah menawarkan karena kadang Sukmawati hanya berdua dengan Syafril di rumah, namun Sukmawati menolaknya.
"Nanti Angel bantu-bantu gorengnya ya, bu." Angel menawarkan diri untuk bantu-bantu.
"Gak usah. Kamu fokus belajar aja untuk kenaikan kelas." Sukmawati menolak halus Angel yang berniat membantu.
Padahal tawaran Angel tersebut untuk mengurangi rasa dirinya yang merasa terbebani atas rencana ibunya, jika ibunya jadi berjualan donat maka akan ada satu orang lagi yang berjuang menjadi pejuang nafkah dan semuanya hanya demi Angel. Angel mulai merasa cita-citanya itu egois.
Syafril yang sedang mengunyah donat memandang Angel, ia tahu betul adiknya itu sedang merasa menjadi beban apalagi reaksi Angel dimata Syafril nampak lebih berat semenjak Sukmawati menyatakan keinginannya berjualan donat.
"Njel, kamu gak sendiri. Aku pun disini merasa menjadi beban."
Itulah kira-kira yang ingin Syafril sampaikan pada adik perempuannya yang sedang merasa menjadi beban seandainya dirinya bisa bicara, sayang ia tidak dapat berbicara sebagai salah satu bagian dari kelumpuhannya.
Syafril ingin menangis tetapi ia menahannya, ia tak ingin keluarga kecilnya tersebut heboh melihat dirinya bersedih. Ia menahannya dalam-dalam sampai nafasnya sesak dan merasakan sesuatu yang tak enak bergemuruh bagai api neraka di dadanya.
***
"Pak, tolong menteganya dikit."
"Kayaknya kalo segitu masih kurang."
"Gak sesuai sama yang di video."
Suara dari Sukmawati yang sedang memasak tersebut terdengar oleh Angel yang sedang belajar karena besok ada ujian harian bahasa indonesia. Angel tak bisa konsentrasi karena sejak sore ibunya yang mulai mempraktekkan membuat kue donat membuat perasaan negatif Angel kembali, perasaan menjadi beban.
Apalagi Yanto dan Bara yang baru pulang kerja membantu, dengan mata kepala sendiri Angel melihat mereka yang amat keletihan ikut membantu Sukmawati.
"Bu, Angel ikut bantu, ya." Itulah kata-kata Angel sewaktu ibunya baru bersiap membuat kue.
"Angel kan besok ada ujian harian. Kamu belajar aja, ya."
Penolakan Sukmawati tersebut membuat Angel menyesal kenapa ia bilang ke ibunya kalau akan ada ujian harian mata pelajaran bahasa indonesia, seharusnya ia lebih baik bohong dan ikut membantu sang ibu.
Ia berpikir lebih baik mendapat nilai merah ketimbang ia tak bisa membantu apa-apa, apalagi terlihat jelas Bara dan Yanto yang sudah letih makin letih ketika ikut membantu Sukmawati.
Kecemasan Angel mulai muncul pun kejang psikotiknya, pemicunya jelas ia merasa jadi beban, ia yang tidak membantu ibunya sedangkan Bara dan Yanto yang masih capek sehabis bekerja malah membantu menjadi pemicu serta penambah kejang psikotik yang kuat.
Karena kejangnya Angel tak bisa apa-apa, belajar pun sulit konsentrasi, ia merasa linglung, ia menarik nafas dan menghembuskannya, ia menunggu dan berusaha rileks beberapa menit tapi kejang yang diakibatkan dari rasa ia menjadi beban makin kuat.
Perasaan Angel yang penuh rasa penyesalan dan rasa bersalah menjadi beban membuat tulisan di buku pelajaran yang ia baca nampak samar, samar bukan dari kalimat-kalimat yang dilihat oleh Angel dengan mata, tetapi Angel samar dalam mencerna kalimat yang ia baca karena hatinya sedang bergejolak penuh rasa bersalah karena merasa menjadi beban.
Aroma wangi donat dan panggilan tawaran mencicipi dari Yanto tak tercium dan tak terdengar oleh Angel. Angel makin terperosok dalam relung perasaan bersalah, merasa bersalah karena menjadi beban.