Berharga

Rere Valencia
Chapter #14

Harapan, Jalan Yang Terbaik... atau? Itu Lingkaran Setan?

Harapan dan jalan yang terbaik mengawang-awang dalam pikiran Syafril, ia yang sedang diseka oleh Angel semalam didatangi lewat mimpi, dikunjungi oleh Intan, tapi Syafril merasa mendiang adiknya tersebut terlalu optimistis, hidup memang berkat, tapi bagi yang menjalaninya tidak semudah kelihatannya.

Tanpa Syafril sadari Angel yang sedang menyekanya pun punya pandangan yang sama pada Intan, Intan tak tahu apa-apa tentang dunia, ia tidak pernah merasakan hidup.

Setan seolah masuk ke dalam hati mereka berdua dan menutup pintu dari dalam sehingga malaikat terang tidak dapat masuk. Padahal tentang berkat bukan pandangan pribadi Intan, melainkan dibisikkan oleh malaikat penjaganya yang tentu awal muaranya dari Tuhan.

Hari itu hari minggu, tapi semua dalam kondisi hati yang panas, siang itu pun mendidih, hampir 40 derajat celsius. Yanto sejak tadi terus mandi sehingga Sukmawati marah karena Yanto buang-buang air, tapi emosi Sukmawati tidak dilampiaskan hingga batinnya menangis dan isi pikiran dalam kepalanya seperti mau meledak, berbagai suara seolah mengobrol dengan otaknya tanpa henti, tanpa jeda, dan seringnya beberapa lagu berputar otomatis di dalam kepalanya.

Yanto sendiri membenturkan kepala ke tembok kamar mandi, karena hapal dengan gestur istrinya yang marah namun disembunyikan namun seolah tanpa malu-malu ingin ditunjukkannya pada seisi rumah terutama pada Yanto. Suara air keran yang mengisi bak mandi begitu keras hingga semuanya tak mendengar benturan kepala Yanto ke tembok kamar mandi.

Sedangkan Bara menonton televisi namun matanya tak terarah fokus ke televisi, ia sesekali memandangi sekitarnya dimana ialah satu-satunya manusia normal di rumah tersebut. Sebetulnya ia juga hampir kehilangan baik kewarasan maupun fisik, namun Bara mencoba melawan sekuat tenaga, ia sadar ia suatu saat akan rubuh juga, ia juga sudah 3 minggu batuk flu tapi batuknya tidak juga reda.

Bara sadar ayahnya membenturkan kepala ke tembok, ia bisa melihat dengan kedua matanya dahi sang ayah yang sedikit menghitam saat keluar dari kamar mandi dan makin menghitam dan menghitam setiap kali ia masuk kemudian keluar lagi dari kamar mandi.

Pun begitu dengan Sukmawati yang Bara perhatikan tindak-tanduknya, apalagi secara otomatis diri Sukmawati sendiri ingin seolah menujukkan emosinya dengan gestur meski itu secara refleks tanpa kesadaran penuh. Bara sudah hapal dengan watak sang ibu.

Untuk Angel dan Syafril, Bara bisa melihat mereka begitu lesu, Angel menyeka tubuh Syafril yang hanya menggunakan celana dalam dengan raut yang memang masih hangat tapi sangat nampak keletihan dari sinar matanya.

Untuk Syafril sendiri terlihat ada rasa "Aku beban banget." Yang ditunjukkan lewat gestur, bukan hanya Bara, pun Angel menyadari hal tersebut sehingga Angel makin lesu menyeka Syafril, sedangkan Syafril sendiri salah mengira, jika di dalam pikiran Angel adiknya tersebut menilai dirinya sebagai beban.

Jatuhnya gestur Syafril makin buruk yang kembali ke aura mata Angel yang kemudian keduanya diperhatikan Bara yang membuat Bara berniat membunyikan bel menyerah jika yang dialaminya adalah kompetisi, begitu terus menerus. Ya. Bagai lingkaran setan.

Suara telepon pada handphone Yanto untungnya membuyarkan kepanasan dalam rumah tersebut, tapi itu hanya beberapa detik, Yanto lagi-lagi sedang mandi, tak ada yang berani menyentuh handphone Yanto termasuk Bara.

Bara sendiri dengan moralnya sama sekali tidak berani menyentuh handphone siapapun. Pernah ia tidak menyentuh handphone Angel padahal dering sudah terdengar, alasannya dari nomor tidak dikenal, padahal itu dari David yang seperti di penjelasan bab ke 11 tak pernah memakai foto dan Angel tidak menyimpannya, alasannya memory kontak Angel sudah penuh.

Akibatnya obat yang seharusnya diantar terlambat sampai ke rumah karena David berpikir mungkin Angel sedang diluar, David memilih mengantarkan obat ke pasien lainnya terlebih dahulu hingga obat untuk Angel telat selama 2 jam dan malamnya Angel kejang-kejang karena obatnya terlambat.

Yanto keluar dari kamar mandi, kebetulan handphone miliknya kembali berbunyi, ia yang hanya menggunakan handuk dan masih basah mengangkat telepon.

Terdengar suara dari Ajeng menawarkan sesuatu yang kelak akan jadi masalah tapi Yanto pilih pendam sendiri dalam waktu lama sehingga berefek pada ia yang sudah seperti orang normal mulai menunjukkan gejala-gejala skizofrenia paranoid lagi, tentunya itu membuat seluruh keluarga pusing serta stress. Ya. Lingkaran setan seolah kembali hidup dan tertawa lagi di depan keluarga kecil mereka.

Harapan Angel akan hidup yang berharga dengan ikatan keluarga yang harmonis nampaknya masih sangat sangat sangat sangat sangat jauh, dan mungkin jika terus seperti itu dalam sepuluh tahun pun tidak mungkin ada perubahan, apalagi jika Angel gagal masuk jurusan psikologi, ditambah akhir-akhir ini nilai Angel semakin menurun.

Penyebabnya? Stress karena kepikiran keluarga kecilnya itu dan keluarganya pun begitu karena memikirkan kondisi Angel. Ya, lagi-lagi itu lingkaran setan.

Angel dan Syafril merasa bahkan omongan Intan adalah omong kosong, hidup bukan berkat, yang mereka alami bukan harapan, peristiwa sehari-hari mereka bukan jalan yang terbaik, yang menurut mereka lebih kepada lingkaran setan.

***

Di kamar mandi Pras memeluk Ajeng yang masih mengenakan hijab dari belakang, wajah Ajeng masih dipenuhi cairan yang kentalnya khusus hanya dimiliki kaum Adam. Ya, mereka baru selesai bersenggama, untuk kesekian kalinya karena heroin juga sabu Ajeng telah habis.

"Eh, besok sorean ada tongkrongan sama anak-anak angkatan kita. Ikut, Jeng?"

"Lihat sikon nanti, ya. Di toko ku." Ajeng menjawab tawaran pria yang baru saja menjadi lawan mainnya dalam menggapai kenikmatan yang katanya hanya bisa ditandingi oleh hal-hal surgawi.

"Kalo karyawan gue selesai semua kira-kira jam 3 atau setengah 4 gue bisa." Tambahnya sambil membersihkan diri sekalian junub.

"Lu kerjanya di toko lu cuma ngeliatin doang?" Tanya Pras yang membersihkan diri setelah Ajeng selesai.

"Gak, lah. Gue gak semena-mena kayak gitu. Sering banget ikut bantu-bantu, justru." Ajeng menyangkal anggapan Pras yang ia tahu lontaran kata-kata dari pria tersebut adalah sebuah sindiran halus berdasarkan gosip yang beredar.

Lihat selengkapnya