Angel merasakan sesuatu di dalam hatinya, sesuatu yang membuatnya sepi. Sejak tadi dia berada di kamar, sebab Tutik dan Sukmawati mendapatkan saran dari psikiater nya Angel supaya gadis remaja kelas dua SMA itu dijauhkan dari segala bentuk kegiatan yang melibatkan orang ramai. Alasannya, sebab semalam Angel kumat, kumatnya tidak seperti biasa, ia memukul kepalanya berulang kali, hal yang mengejutkan seisi rumah mengingat sifat remaja putri tersebut yang tidak pernah bermain fisik pada orang lain ataupun dirinya sendiri.
Sebetulnya ia melakukan itu karena lelah menahan emosi selama ini, hatinya sudah tidak kuat. Masalah jatah beasiswa yang dirampok, masalah Bara yang kini justru seolah kebalikan dari dirinya dulu, masalah Yanto yang diam-diam menjadi aktor porno ilegal dimana yang makin mengesalkan adalah seringnya lawan mainnya adalah Ajeng yang nyata-nyata keponakannya sendiri, juga masalah insecure dimana berkaitan dengan perasaannya pada Alex.
Tapi yang menjadi ketakutan terbesar dari Angel adalah ia merasa tidak punya masa depan, ia merasa kecemasannya akan menghambat dirinya. Angel kecewa karena sedikit sedikit kecewa ia kejang, sedikit sedikit kecewa ia kejang. Bahkan mendengarkan suara batuk atau berdehem saja dunia seolah ambruk.
Ya, hati Angel sedang sangat tidak baik-baik saja.
Ia bahkan menggunakan headset agar suara orang-orang di luar, yang sedang sibuk dengan urusan pemakaman Budi, tidak mengganggunya. Ya, untuk sekedar urusan tidur dan beristirahat saja kini sangat ribet dan merepotkan bagi gadis tersebut yang dari hari kehari semakin gemuk dimana makin menambah tekanan mental karena insecure berat badan, meskipun orang paham tubuh Angel membengkak karena obat-obatan dari psikiater, gadis yang kini merasa dirinya anak gajah tersebut saat ini hanya percaya pada kata hatinya sendiri, dan tentu saja pada Tuhan.
***
Dan hati Angel berdegup kencang ketika dari dalam kamar mendengarkan Ajeng serta Yanto bercengkrama, rasanya ia tidak habis pikir, merasa kenapa itu bisa, seorang keponakan dengan pakdenya bisa mengobrol sesantai itu dan tidak canggung meski telah berkali-kali berbuat asusila melalui kedok pembuatan film porno yang diketahui ilegal di negeri Indonesia.
"Apakah mereka tidak punya hati?" Pikir Angel.
Padahal Ajeng sendiri saat ini hatinya begitu tak karuan, ia serba salah antara bersikap acuh pada Yanto atau meladeni pakdenya yang terus menanyainya karena memang perlu bertanya sebab berhubungan dengan kegiatan pemakaman Budi.
Jika tidak melayani ajakan obrolan pakdenya tentu orang-orang akan curiga pada tingkah polah Ajeng termasuk sang ibu, Tutik. Jika melayani tentu hatinya ambrol, Ajeng pun memutuskan ia lebih memilih melayani ajakan perbincangan pakdenya supaya orang-orang tidak curiga sedang ada sesuatu antara dirinya dan Yanto, pakdenya.
Untuk Yanto sendiri, sebagai pengidap gangguan jiwa, otak dan hati nya kadang tidak nalar, dirinya tak bisa mencerna bahwa suatu pembicaraan saat ini sangat erat terkait dengan hal-hal di masa lalu. Sel sel otaknya yang rusak akibat sering membenturkan kepalanya di dinding kamar mandi akibat stress apalagi makin bertambah dan bertambah ketika mulai berurusan dengan pornografi ilegal bersama keponakannya sendiri perlahan-lahan sudah tak berfungsi seperti manusia pada umumnya.
Angel sendiri kini tak menyadari yang sedang dialami ayah dan sepupunya kini sangat berkaitan dengan psikologis dan kesehatan mental serta kerusakan otak khusus untuk kasus sang ayah. Hatinya yang sedang tidak karuan saat itu membuat dirinya lupa tentang pengetahuan psikologi yang seharusnya ia sangat tahu dan menjadi makanan sehari-harinya sejak lama.
Dan pahitnya yang menyebabkan Angel tidak berpikir dengan hati yang jernih adalah perihal Yanto dan Ajeng, hal yang saat ini membuat hatinya ambrol sehingga tidak dapat berpikir jernih walau hanya untuk sedetik saja.
Angel pun pada akhirnya mengalami kejang, tapi ia tidak bisa meminta bantuan pada siapapun karena ia tahu, termasuk juga Yanto dan Ajeng, semuanya sedang sibuk dengan urusan pemakaman Budi.
Ia pun pada akhirnya memilih untuk tidur, tapi seperti penderita kejang kecemasan pada umumnya berbagai hal buruk memenuhi hatinya, pikirannya bergejolak, mulai dari hal paling umum seperti bisikan dalam hati bahwa ia tidak akan bangun lagi kalau terlelap, hingga ia yang merasa tak berguna karena disaat orang-orang sibuk dengan urusan pemakaman ia malah kini justru tidur. Angel saat ini tidak bisa menalar hal itu disebabkan dirinya yang sedang sakit mental dimana keambrolan mentalnya sudah kronis dan orang lain paham dan mahfum akan hal tersebut, tapi hati Angel yang bergejolak kacau merasa kini orang-orang mulai membicarakan keburukannya perihal ia yang justru tidur disaat yang lainnya sangat super sibuk.
Angel hanya bisa mencoba tidur dan mengabaikan kata-kata di kepalanya yang sejak tadi menggema di hatinya seperti tidak akan bangun lagi, perihal ayah dan sepupunya atau perihal dirinya kini justru tidur disaat orang lain sangat super sibuk.
Karena detik itu juga Tuhan menolong dengan memberi rasa kantuk yang sangat luar biasa sehingga meskipun Angel saat itu merasa bisa saja dirinya tak bangun lagi jika terlelap tapi karena rasa kantuknya yang amat sangat pada akhirnya ia tertidur lelap. Mental Angel pun direset kembali ke awal dalam keadaan fresh, meski Sang Maha Kuasa punya kebijakan setiap makhluknya akan kembali mengalami kepahitan dan kegetiran hati yang sehari-harinya ia alami. Suatu hal yang masih menjadi misteri dari diriNya meski banyak yang menafsirkan bahwa hal tersebut demi perkembangan setiap makhluknya agar bisa dewasa dan hal itu tak lain dan tak bukan merupakan sebuah berkat. Dan itu akan terjadi pada Angel dalan waktu yang terbilang amat singkat.
***
Semua tamu yang membantu pemakaman sudah pulang, Budi pun sudah dimakamkan, Angel mendengar Sukmawati, Tutik, Ajeng dan juga Yanto sedang lanjut membaca Yasin, tidak ada tetangga sekitar yang melek malam karena mereka semua besok harus bekerja atau ada tugas yang tak bisa ditinggalkan, mereka pun tadi yasinan dan baru saja mereka pulang.
Kebetulan Angel terbangun berbarengan dengan ketika mereka pamit pulang, kejang kecemasan yang baru saja hilang sementara karena istirahat tidur meski sebentar kini justru berganti dengan kepedihan depresi yang beresiko menimbulkan kejang lagi.
Penyebabnya hati Angel sakit, sakit bukan karena orang lain, tapi ia sakit hati karena merasa hidupnya tak berguna. Di saat orang lain sibuk, misal kasus kali ini adalah pemakaman Budi, Angel justru tidur, tadi pun dengan kondisi belum pulih benar dari rasa depresinya, setelah sempat tertidur lelap Angel sempat terbangun karena mendengar orang-orang ramai membaca Yasin, dan hati Angel pada akhirnya jadi gelisah lalu kejang pun timbul kembali, yang semakin memperparah kejang kecemasannya, suara Yasin dari orang-orang yang biasanya membuat tenang tadi justru sempat membuat ia tak karuan. Bukan karena Angel kerasukan, tapi kembali lagi ke masalah hati dan psikologi Angel, Angel merasa dirinya tak berguna, merasa ia hanya bisa tidur disaat yang lain sibuk memakamkan dan mendoakan Budi.