"Laa Ilaaha Illallah"
"Laa Ilaaha Illallah"
"Laa Ilaaha Illallah"
kalimat tauhid yang diucapkan para pelayat Yanto beberapa hari yang lalu masih terngiang di kepala Angel, padahal sudah 4 hari sang ayah sudah dimakamkan dengan bumbu pahit Sukmawati yang berkali-kali pingsan, mulai dari saat mendengar Yanto tewas, kedatangan jenazah Yanto, saat dimakamkan, saat ditahlilkan dan sampai dikubur.
Angel tak pernah menyangka ayahnya akan tewas mengenaskan, dipukuli saat akan berangkat kerja, dan itu semakin membuat Angel remuk, sebab saat itu sebelum Yanto menuju kantornya, ia sengaja mengantar Angel ke sekolah. Maksud Yanto adalah supaya putrinya tersebut seratus persen percaya bahwa mental dirinya telah pulih seminggu setelah ia sempat hampir masuk bui perihal apa yang ia lakukan dengan Ajeng.
Tapi sayang, niat pembuktian dengan maksud baik itu adalah cara Tuhan untuk mengakhiri riwayat Yanto.
Pahitnya lagi Angel harus bolak-balik kantor polisi untuk jadi saksi, karena ia adalah saksi kunci. Betul, Angel menyaksikan sendiri ayahnya digebuki sampai mati, kala itu Angel merasa amat ketakutan, kala itu dalam hatinya ia hendak menolong sang ayah, tapi nalurinya mengatakan itu akan berbahaya, Angel sangat menyesal sebab ia lebih mengiyakan naluri untuk keselamatannya sendiri ketimbang nyawa sang ayah yang sudah diujung tanduk.
Yang memukuli Yanto adalah beberapa remaja tanggung sebuah pondok pesantren, penyebabnya mereka tahu dari berbagai media jika Yanto adalah salah satu pemeran film porno ilegal pria yang tidak sedikit media bilang menjadi penyebab bunuh dirinya Ajeng, keponakannya sendiri.
Yang semakin membuat remaja-remaja tersebut tersulut ialah mereka dengar Yanto bahkan ikut menyetubuhi keponakannya itu. Fanatisme berlebih serta mental yang masih labil membuat pemuda-pemuda tersebut kalap saat mendapati Yanto yang sedang mengisi bensin kala itu.
Tanpa tahu latar belakang antara Yanto dan Ajeng, mereka tanpa ampun menginjak, memukul dan menendang Yanto hingga tewas di hadapan putrinya. Yang Angel lihat kala itu, yang menjadi penyebab utama kematian Yanto ialah perut yang diinjak-injak berulang kali dengan sekuat tenaga oleh remaja-remaja tersebut secara bergantian.
Kala itu sebetulnya pom bensin sedang ramai, hanya saja tak satupun dari orang-orang disana yang mau menolong sebab mereka pikir mereka justru yang akan menjadi korban. Keegoisan manusia berperan disini, pun Angel seperti itu.
"Waktu itu Dek Angel tahu kan pemuda yang berkaos coklat yang memulai provokasi?"
Tanya seorang polisi yang dijawab anggukan oleh Angel.
Kala itu Angel begitu lemas, ia sebetulnya sedang merasakan kejang, sudah kejang sejak beberapa jam yang lalu, tapi ia tak mau menceritakannya ke pihak berwajib sebab pikirannya kala itu merasa takut jika dirinya akan menghambat penyelidikan polisi. Memang faktanya kejang kecemasan adalah kekhawatiran itu sendiri, wajar jika ketakutan itu meningkat menjadi berkali-kali lipat beratnya.
Polisi sendiri tahu kondisi Angel, pun saat ini, saat tahu reaksi tubuh dan wajah Angel mengarah pada kecemasan, mereka pun saling memberi kode yang tidak Angel tahu untuk berhenti menanyai gadis itu untuk sementara.
Ahmad, polisi muda berusia 22 tahun, polisi yang menanyai Angel mengatakan pada Angel bahwa sudah waktunya istirahat makan siang, padahal waktu itu jarum pendek jam baru sampai ke angka 11 kurang. Angel yang cerdas tahu, tahu bahwa Ahmad telah diberi arahan untuk menghentikan sementara investigasi, ia tahu dari gerak-gerik polisi yang sedikit berbeda dan menurutnya sedikit aneh.
Tak ingin polisi tahu dirinya curiga, Angel pun mengiyakan Ahmad, Angel keluar, di luar sudah menunggu David. David sendiri oleh Bu Angel diminta untuk menemani Angel untuk mengawasi mental Angel. Bu Angel tidak sembarang memilih David, sebab sejak awal dialah perawat yang paling dekat dengan Angel.
"Jam makan, pak." Ucap Angel pada David.
David hanya mengangguk, ia tak tahu bahwa Angel sudah tahu jika itu cara polisi untuk menghilangkan kecemasannya, ia diam dikarenakan ia tak tahu gadis tersebut cukup cerdas untuk tahu.
"Mau makan mie ayam belakang?" Tanya David agar suasana tidak kosong supaya kecemasan Angel bisa dikurangi.
"Mau, pak." Angel menjawab juga sambil mengangguk, tak sengaja menirukan David tadi, sebuah tanda bahwa Angel sedang cemas berat sambil mengalami kondisi kejang.
David paham, ia pun melangkah diikuti Angel, David saat itu tak bisa menanyakan bahwa Angel sedang kejang, sebab itu bisa memperparah kejang gadis yang kini berjalan tepat di belakangnya. David hanya berharap semoga Angel tak berpikir macam-macam.
Tapi harapan David tinggallah harapan, sekarang dalam kepala Angel hanya ada adegan ulang saat Yanto, sang ayah, memohon-mohon ampun ketika sedang diamuk beberapa remaja. Perasaan menyesal karena mengiyakan naluri untuk menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu amat sangat menguasai Angel.
Gadis tersebut menangis dalam diam sambil melangkah, David sendiri sebetulnya mendengar isak Angel, sebab ia melangkah tak jauh di depannya, tapi ia tahu ia tak boleh menengok, sebab jika ia menengok serta menanyai penyebab gadis itu menangis, Angel mungkin nantinya akan tahu bahwa selama ini orang-orang menjaga sikap agar kejang kecemasan dirinya tidak semakin bertambah parah ketika sedang kambuh, David memutuskan itu tanpa tahu gadis yang sedang terisak di belakangnya itu sebetulnya sudah tahu.
Sebetulnya warung mie ayam cukup dekat, tapi disebabkan oleh isak Angel yang gadis itu berusaha sembunyikan sebisanya, bagi David yang sedang menahan diri untuk pura-pura tidak tahu agar semua tetap sesuai rencana, menjadi penyebab perjalanan ke warung seolah berjalan sangat lama. Suasana sendiri benar-benar lengang dan kosong saat itu, menjadikan semuanya makin berat bagi David.