Berharga

Rere Valencia
Chapter #32

Wacana Untuk Putus Sekolah

"Mohon, Njel."

"Kamu pikir-pikir dulu keputusan kamu itu."

Itulah kata-kata awal yang terucap dari mulut Sukmawati ketika putrinya menyatakan ingin berhenti dari sekolah.

"Kamu merasa beban ibu jual donat buat biaya kamu, Njel?"

"Jadi beban karena semua demi kamu?"

"Kamu merasa begitu?"

"Sini duduk bentar, Njel."

Sukmawati mengajak Angel duduk setelah menebak alasan Angel yang berencana keluar dari sekolah.

Angel mendekati Sukmawati ia duduk di samping ibunya itu dengan suasana hati yang tidak enak, sebab semua tebakan ibunya benar, kini Angel takut bila ibunya merasa bersalah sebab berkat kerja kerasnya menjual donat, hal tersebut membuat Angel merasa terbebani, beban karena tahu putrinya menanggung beban.

"Keluar dari sekolah itu gak semudah langsung keluar begitu aja."

"Kamu anak cerdas pasti tahu itu."

"Lagipula apa Angel mau nyia-nyian semua kerja keras belajar Angel selama ini?"

"Ibu jual donat juga semua demi kamu."

"Dan kalau kamu keluar, usaha ibu ini selama ini sia-sia."

"Kamu mau seperti itu?"

Sukmawati bertanya dengan nada sabar dan tenang, meski Sukmawati sedang panik, ia sadar, jika bertanya dengan menunjukkan perasaan yang sebenarnya, hal itu bisa menyebabkan kejang kecemasan Angel. Tapi sayang kepura-puraan bahwa hal yang sedang dibicarakan saat ini tak membuat Sukmawati tertekan justru membuat Angel terbebani karena Angel tahu ibunya itu berpura-pura tidak tertekan.

Angel kemudian berbicara dengan nada terisak.

"Bu.. Berhenti ngomong dengan nada sabar kayak gitu."

"Justru kalau ibu nyembunyikan perasaan kayak saat ini,"

"Beban Angel karena merasa jadi beban karena ibu berusaha keras demi sekolah Angel semakin bertambah."

"Kita lihat realitas aja."

"Realitas bahwa Angel terbebani karena Angel sekolah dibiayai sama biaya ibu jual donat sendiri."

"Angel juga gak enak sama Tante Tutik."

"Angel selama ini terbebani sama bantuan Tante Tutik."

"Apalagi setelah kasus Ajeng sama bapak, juga cinta bertepuk sebelah tangan Ajeng sama Bara."

Ungkap Angel, dan sesuai dugaan Angel, Sukmawati menjawab,

"Kamu kan tahu sifat tantemu itu, minta bantuan distop justru bakal bikin tantemu itu tersinggung,"

"Lagipula Tante Tutik sekarang udah mulai ngelupain kasus Ajeng."

"Kalau bantuan minta diputus kita,"

"Bagi ibu itu justru bakal ngingetin lagi tante kamu itu sama kasus Ajeng."

Jelas Sukmawati panjang lebar, yang dibalas Angel layaknya cahaya mentari yang sampai ke bumi dalam seperkian mili-detik.

"Bagi ibu Tante Tutik mikir kita minta bantuan diberhentiin gara-gara kita ngerasa bersalah kita tetep dibantu meski sudah berkali-kali ada konflik sama Kak Ajeng?"

"Karena itulah justru Angel pengen Tante Tutik gak terbebani lagi sama hal itu."

"Lagipula itu baik untuk mental kita juga mental Tante Tutik, Bu,"

"Coba ibu bayangin, seseorang yang terus ngasih bantuan ke orang-orang yang bikin putrinya bunuh diri,"

"Meski itu semua secara nalar salah Ajeng sendiri,"

"Dan Tante Tutik pun udah lama sadar dan tahu akan hal itu."

Sukmawati terdiam sesaat, lalu setelah menarik nafas panjang-panjang sambil memejamkan mata, wanita yang ubannya makin hari makin bertambah karena stress berat tersebut berkata,

"Soal sekolah dari gestur kamu sejak tadi ibu putusin izinin,"

"Tapi kamu pikirin itu lagi baik-baik,"

"Sekolah itu tiangnya hidup, tiang ekonomi pekerjaan kamu ke depan,"

"Tapi itu terserah kamu,"

"Tapi ibu mohon kamu pikirin baik-baik,"

"Sebab kamu itu siswi terpandai di sekolah,"

"Sayang banget kalau tiba-tiba berhenti."

"Tapi kalau soal bantuan Tante Tutik, ibu gak setuju saran kamu."

"Kan masih ada Syafril,"

"Kalau minta Tante Tutik berhentiin bantuannya,"

"Justru itu efeknya beban karena semua kebutuhan Syafril cuma dari jual donat."

Angel terdiam sesaat kemudian mengangguk dan berkata "Iya." Sebuah pernyataan bahwa ia menyetujui argumentasi dari ibunya tersebut.

Lihat selengkapnya