Angel melongok pada Syafril, dilihatnya kakaknya itu terkulai lemas, sedang tidur. Angel juga melihat sekeliling rumah yang sudah mau rusak disana-sini dan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan untuk mengatasi dua hal itu memang perlu biaya yang cukup besar, hanya bisa ditebus lewat bantuan Tante Tutik.
Tapi Angel masih kukuh dengan pendiriannya berdasarkan soal ibunya yaitu berjualan donat, Angel berargumen bahwa bagi dirinya Sukmawati sudah terlalu uzur untuk bekerja sendiri.
Jawaban Alex,
"Aku akan bantu ibumu setiap hari,"
"Aku habis subuh pasti akan bantu ibumu bikin dan bungkusin kue donat,"
Ditepis dengan jawaban dari Angel,
"Kamu kan biasa di sekolah sampe larut lewat ekskul kamu,"
"Kamu pasti kecapean kalo subuh-subuh udah kesini,"
"Lagipula kamu juga harus fokus ke beasiswa kamu sendiri 'kan?"
"Udah. Kamu jangan siksa diri kamu sendiri demi aku."
Pembelaan diri, "Tapi, Njel." Dari Alex dipotong Angel yang menunjuk ke jam dinding.
"Eh, Lex. Itu, bentar lagi bel sekolah ekskul akting,"
"Kamu mau terlambat ekskul aktingnya?"
"Hari ini kamu ada ekskul akting 'kan?"
Alex tak bisa membantah, hari ini memang ada ekskul akting, dan membolos ekskul bisa membuat kemungkinan besar dirinya meraih beasiswa jadi mengecil.
"Baik, Njel. Aku pamit dulu,"
"Tapi pikirkan ucapan aku baik-baik."
Alex kemudian menghampiri Sukmawati yang sedang fokus menonton televisi, Alex trenyuh, ia tahu dari raut wajahnya, ibunda dari Angel tersebut tak rela jika putrinya harus putus sekolah.
"Bu, saya permisi dulu. Ada ekskul yang harus diikutin hari ini."
Sukmawati yang sudah tahu karena sejak tadi menguping, mempersilahkan,
"Oh, iya iya. Semoga ekskulnya lancar."
Setelah mengucapkan salam Alex kemudian berlalu menuju sekolah untuk berangkat ekskul akting, ekskul akting yang memperbolehkan murid-murid yang mengikutinya memakai seragam bebas membuat Alex tidak perlu repot-repot kembali pulang ke rumah untuk kembali memakai seragamnya.
Sukmawati memperhatikan Alex yang pergi berlalu dengan sepeda motornya, sedangkan terlihat di dalam, Angel nampak tertekan.
Angel berpikir jika ia keluar dari sekolah ia bisa fokus membantu ibunya, tapi bagaimana dengan perjuangan keluarganya selama ini demi dirinya yang bakal sia-sia. Ia juga selama ini tidak sadar jika ibunya bekerja keras serta bantuan dari tantenya bukan untuk dirinya saja. Ada kondisi rumah yang parah, perawatan Syafril, juga empan kucing untuk Maru dan Chiki.
Angel baru sadar mental ibunya bisa makin down jika Angel benar-benar keluar dari sekolah, gejala skizofrenianya bisa kembali kambuh, karena terlalu memikirkan masa depan Angel yang putus sekolah.
Angel kemudian berpikir keras, apakah ia harus tetap bersekolah kemudian membantu ibunya, sehingga cita-citanya tidak lepas atau bagaimana? Ia bingung.
Angel kini mempertimbangkan opsi tersebut karena masih ada bantuan dari Tante Tutik, dimana Angel baru sadar dari Sukmawati bahwa Tante Tutik adalah tipe orang yang akan amat sangat sangat sakit hati jika bantuannya ditolak, apalagi bantuan pada Angel dan keluarganya sudah berjalan bertahun-tahun, termasuk bantuan baru, bantuan di luar biaya sekolah Angel, setelah tewasnya Yanto.
Angel mendekati Sukmawati, gadis tersebut berkata,
"Bu, soal keluar dari sekolah Angel pikir-pikir lagi."
"Ada kemungkinan Angel batalin keputusan."
"Tapi kalau Angel gak keluar sekolah Angel boleh kerja 'kan, bu?"
"Kerja apa aja yang bisa bantu ibu,"
"Angel tahu ibu bakal gak setuju karena Angel punya kejang kecemasan,"
"Tapi ibu tahu, aku udah terbiasa dengan itu 'kan?"
Yang dijawab oleh Sukmawati, "Ya, nanti kita pikirin bareng-bareng,"
"Kita libatin juga Tante Tutik, ya,"
"Tadi ibu udah wa, ceritain semua,"
"Dan kalau ada diskusi, Tante Tutik mau ikut berembug katanya."
Angel mengangguk karena memang masalah kali ini memang mau tak mau harus melibatkan Tante Tutik, entah nanti keputusannya Angel keluar dari sekolah atau tidak.
Angel pun masuk menuju kamar, ada pekerjaan rumah Bahasa Indonesia yang harus ia kerjakan. Setelah tersadar oleh perkataan bahwa keluar sekolah tidak semudah tinggal keluar saja, mau tak mau, apapun keputusan akhir nanti, mulai besok Angel harus kembali masuk, sebab jika dirinya betul-betul keluar tentu ada proses panjang yang tetap mewajibkan Angel untuk berangkat ke sekolah dulu dan mengikuti pelajaran seperti biasa.
***
"Lex..."
Panggil Indah pada Alex dengan nada halus.
Alex tahu cewek yang baru beberapa minggu putus dengannya itu pasti punya tujuan tertentu. Ia hapal dengan watak Indah yang hanya mendekati seseorang bila ada maunya atau ada tujuan tertentu saja.
"Lex, gue denger cewek lo yang baru mau keluar sekolah, ya?"
"Sayang banget,"
"Padahal pinter."
Alex tidak terkejut sebab semua sudah tahu soal Angel yang akan keluar sekolah, rencana Angel tersebut sudah menjadi hal viral di sekolah.
"Belum tentu, sih."
"Tadi aku udah temenin Angel ke kepala sekolah, dan kata Angel, akhirnya dia ambil keputusan pikir-pikir dulu."