Berharga

Rere Valencia
Chapter #38

Hadiah Dari Bara?

Angel tidak menyangka masanya di kelas 3 SMA akan serasa berlalu begitu cepat, ia yang baru merasakan baru saja kemarin naik kelas kini sudah menyelesaikan ujian mid-semesternya, ditambah lagi untuk ujian semester pertama ialah yang meraih nilai tertinggi, bukan hanya tertinggi di sekolahnya, tetapi se-Indonesia. Dan seperti kebiasaan yang dimulai beberapa tahun lalu, peraih nilai tertinggi, baik untuk mid-semester maupun ujian akhir atau ujian kelulusan ataupun ujian kenaikan akan diumumkan di sebuah seremoni besar yang diadakan oleh menteri pendidikan.

Angel yang datang sebagai bintang utama acara yang diadakan setiap 6 bulan sekali tersebut merasa bangga, terharu sekaligus deg degan, bagaimana tidak acaranya disiarkan televisi nasional, Angel pun merasa terbebani, sebab ia sudah kadung dikenal orang sebagai pemilik nilai tertinggi untuk mid-semester di seluruh negeri, tentu banyak yang makin memperhatikan gadis cantik tersebut, dan juga Angel merasa, ia tak akan mau mengecewakan ibu serta orang-orang yang sudah menyertai perjuangannya di pertarungan yang sebenarnya nanti, yaitu akhir semester, dimana ujian akhir yang akan menentukan langkah apakah Angel akan masuk ke universitas dengan jurusan psikologi terbaik atau tidak.

Angel bermimpi ingin meraih nilai tertinggi, bukan untuk mendapat pujian dari orang-orang yang menonton televisi, tetapi agar perjuangannya selama ini tidak sia-sia, tampil di televisi hanyalah bonus, tapi Angel sadar bonus itulah yang akan mengantarkannya pada universitas terbaik untuk jurusan psikologi, apalagi ada banyak benefit jika Angel berhasil menjadi lulusan terbaik selain beasiswa, yang akan memudahkan gadis tersebut untuk menempuh pendidikan kuliahnya, baik dari segi biaya maupun hal-hal lainnya.

“Nona Angelina Dhea Syahfira silakan maju ke depan,”

“Untuk mengucap beberapa patah kata,”

Angel terkejut, ia tak menyangka sejak tadi penghargaan utama sudah dibacakan di panggung, lamunan Angel menjauhkannya dari sorak sorai pujian pada dirinya, ia tak sadar sejak tadi tepuk tangan mengarah pada dirinya, termasuk tepuk tangan Sukmawati yang begitu bahagia putrinya mendapat nilai tertinggi di seluruh negeri, hal pertama yang diraih putrinya, sesuatu yang membanggakan Sukmawati.

Sukmawati sendiri tidak terlalu mengharapkan 6 bulan ke depan putrinya itu akan mengulang prestasi yang sama, yang penting putrinya tersebut bisa lulus dengan nilai memuaskan dan cita-citanya agar bisa berkuliah di universitas yang memiliki jurusan psikologi terbaik bisa terwujud.

Angel pun perlahan naik ke atas panggung, ia merasa berdebar, jantungnya dag dig dug, ia merasakan kejang kecemasan karena terlalu tegang, Angel pun mencoba menenangkan diri, ia menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya dan berusaha membuang semua pikiran negatif yang akan memperparah kejangnya, Angel melakukan terapi tersebut dengan harapan kejang kecemasannya berkurang setahap demi setahap.

“Terimakasih, terimakasih pada Allah subhanahu wa ta'ala, serta ibu saya, almarhum bapak saya, Tante Tutik, almarhumah Kak Ajeng, almarhum Om Budi, Kak Syafril serta Kak Bara dimanapun Kak Bara berada serta malaikat kecil Intan yang selalu mendoakan dari surga sana,”

“Saya merasa amat terharu meraih penghargaan ini, hal tersebut terjadi karena adanya mereka, yang membantu saya meski mereka sendiri mengalami pasang surut hidup,”

“Meski semuanya tidak selalu manis, kadang pasang surut,”

Angel mulai menitikkan airmata.

“Tapi mereka semua melakukannya demi saya, semua begitu peduli pada saya sehingga mereka mengorbankan hal yang penting demi mereka sendiri,”

“Misalnya ada bantuan dari Tante Tutik dan Almarhum Om Budi untuk membiayai sekolah saya sampai sekarang,”

“Juga Almarhumah Ajeng yang menyisikan beberapa persen penghasilan toko kuenya dan mempekerjakan mendiang ayah saya di tokonya agar kebutuhan pendidikan saya serta kebutuhan keseharian keluarga saya terpenuhi,

“Lalu buat Kak Bara dimanapun Kak Bara berada, yang sudah memperjuangkan baik fisik maupun mental, dimana waktu masih sekolah Kak Bara mau mengorbankan fisik mental kerja di tempat Tante Tutik dan Almarhum Om Budi padahal Angel tahu kakak capek banget, dan Kak Bara tetap bekerja sampai akhirnya Kak Bara pergi, Angel berterimakasih sekali sama Kak Bara,

“Buat almarhum bapak yang sudah berkorban meski ada hal yang seharusnya kalian tahu tapi tidak pantas diomongkan disini, tapi saya sadar itu semua demi saya, sekali lagi terimakasih bapak, semoga bapak tenang disana,

“Lalu untuk ibu, makasih banyak udah menyertai perjuangan Angel sampai sekarang, sampai Angel sekarang berada disini, meski ibu punya skizofrenia, tapi ibu mau nahan segala waham yang ibu punya hanya demi agar Angel bisa konsentrasi belajar,"

“Makasih juga buat Kak Syafril, dimana udah berusaha agar keluarga gak kepikiran tentang Kak Syafril, dimana hasil dokter kemarin menyatakan bahwa Kak Syafri melakukannya agar konsentrasi belajar Angel gak terganggu dan Angel bisa berkonsentrasi dengan penuh,”

“Makasih banget juga buat Intan, mendiang adik tercinta yang sudah menjaga dan mendoakan dari alam sana, dari surga,”

“Makasih juga buat Rahma, sahabat terbaik, yang udah berjuang belajar bersama,”

“Aku denger mimpi kamu juga kuliah di jurusan psikologi ya, Ma?”

“Yuk kita berjuang sama-sama supaya kita bisa masuk ke unversitas yang sama dan waktu kuliah nanti berjuang sama-sama,”

“Juga nanti pas jadi psikiater atau psikolog berjuang sama-sama, kalau bisa semoga kita bisa kerja di rumah sakit yang sama,”

Angel sedikit tersenyum dan tertawa kecil,

“Dan semoga praktek kita sebagai psikiater atau psikolog bisa berjalan lancar,”

Lihat selengkapnya