Berharga

Rere Valencia
Chapter #39

Mimpi Dari Lubuk Hati

“Angel…”

“Bangun, Angel.”

“Sudah jam berapa ini?”

“Kamu ‘kan harus ke sekolah?”

“Ayo bangun, hari minggu seminggu cuma satu kali,”

“Bukan dua kali,”

“Kemarin hari minggu udah lewat,”

“Jadinya sekarang hari senin,”

“Waktunya sekolah.”

“Ayo, jangan jadi anak malas.”

“Kemarin, sebelum bobo, katanya pengen banget dianter sama Kak Syafril naik sepeda,”

“Yuk, udah jam 5.10, tuh.”

“Kamu wudhu dulu, Shalat Subuh,”

“Duduk santai 20 menit,”

“Terus abis itu mandi.”

“Yuk, bangun yuk, cantik,”

“Angel cantik. Yuk, bangun.”

Angel merasa nyaman, ia masih ingin tertidur paling tidak 10 atau 20 menit lagi, suara lembut dari Sukmawati seolah tak bisa membuatnya beranjak dari bantal, guling serta selimut yang melekat pada tubuhnya, kata-kata “Sebentar lagi, bu.” Berkali-kali terlontar dari bibirnya.

Tiba-tiba Angel mendengar suara tangis bayi, seorang bayi yang dinamai Intan baru saja menjadi anggota keluarga baru sekitar 4 bulan lamanya. Dulu, mulanya Angel merasa takut, takut dirinya tidak diperhatikan lagi, takut tidak lagi jadi yang paling disayang, takut terabaikan dengan adanya si paling kecil baru yang menggantikan posisinya sebagai si bungsu.

Awal-awalnya memang begitu, Angel merasa tidak diperhatikan dan sadar diri bukan lagi dianggap si paling kecil yang selalu dimanja, tapi Bara, di tengah-tengah kesibukannya ikut berbagai lomba di sekolah menyempatkan diri memberitahu Angel bahwa setiap umur ada takaran kasih sayang masing-masing. Bayi Intan di usianya yang sangat-sangat kecil, memang harus menjadi prioritas utama keluarga.

“Coba, lihat. Dek Intan gak bisa gerak gitu,”

“Kalau ada orang yang geraknya terbatas, apa yang kamu lakukan, Njel?”

Pertanyaan itu pun dibalas oleh Angel dengan penuh semangat, “Kita wajib membantunya, kak!”

“Dedek Intan juga belum ngerti banget aturan dan tata cara hidup, Njel. Jadi kita harus ajarin pelan-pelan,”

“Dari mulai kita ajarin cara ngomong,”

“Ajarin merangkak, ajarin jalan,”

“Ajarin baca.”

“Dan itu bertahap, kira-kira 5 atau sampai 7 tahun lamanya,”|

“Tergantung intelejensinya Dek Intan.”

“Angel mau sabar selama tujuh tahun mentingin dulu kepentingannya Intan?”

Angel menggeleng, gadis kecil tersebut bermimpi ketika pertamakali diajari oleh Bara kenapa Intan kini menjadi prioritas dalam keluarga, beberapa saat kemudian ia mengangguk sambil tersenyum.

Angel pun bergegas bangun, selimut ia singkirkan, segera ia berlari menuju Intan yang sedang tertidur lelap di kasur bayi, dilihatnya sang adik bayi yang terlelap tersebut.

“Dek Intan selamat pagi.” Sapa Angel pada adiknya tersebut.

“Shht…”

“Dek Intan baru bobo, Njel. Jangan diganggu.”

Sukmawati mengakhiri omelannya pada Angel dengan senyum ikhlas seorang ibu, membuat Angel menjawab dengan riang, namun sebelumnya ia merendahkan nada suaranya dulu, karena takut Intan terbangun.

“Iya, bu. Angel mau wudhu dulu, bu.”

Sukmawati sedikit terhibur dengan tingkah polah putri sulungnya tersebut, sambil menahan senyum agar Angel tak tersinggung ia pun mengatakan bahwa dirinya baru ingat ada Yanto, di kamar mandi sedang berwudhu.

“Lupa. Ada bapak lagi wudh di kamar mandi, Njel.”

“Bapak kesiangan, bu?” Tanya Angel.

“Iya, jadi gak sempat ke masjid.” Jawab Sukmawati.

“Yah. Gak dapat nasi bungkus, deh.” Keluh Angel.

“Rezeki Allah yang ngatur, pasti ada gantinya nasi bungkusnya.” Ucap Sukmawati bijak.

“Padahal lauknya enak, bu. Terutama gorengannya.” Keluh Angel.

“Udah-udah, sekarang kamu wudhu sana. Bapak udah selesai, tuh. Wudhunya.” Sukmawati menunjuk Yanto yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang menganduki badan serta kepalanya.

Tiba-tiba Angel berlari kecil ke kamarnya,

“Eh, Njel. Kok malah ke kamar?” Sukmawati terkejut heran dengan tingkah polah putrinya tersebut.

“Angel lupa bawa anduk, bu.” Teriak Angel dengan suara keras, suara keras itu membangunkan Intan.

“Duh, Njel. Suara kamu terlalu keras. Dek Intan jadi bangun, nih.” Keluhan Sukmawati itu diabaikan Angel dimana gadis kecil tersebut dengan riang masuk ke kamar mandi.

“Jangan lupa doa wudhunya, Njel. Biar sah.”

Yanto memperingatkan putrinya tersebut, tidak ada jawaban, tapi Yanto yakin putrinya tersebut tidak akan melupakan aturan tata tertib agama, hal yang membuat Yanto percaya akan hal itu adalah, sejak sekolah taman kanak-kanak, Angel selalu meraih rangking satu.

Lihat selengkapnya