“Selamat, ya.”
“Kamu memang pantas jadi nomor satu se-Indonesia.”
“Aku kagum banget,”
“Dengan keadaan kejang kecemasan kamu,”
“Kamu sanggup dapetin nilai tertinggi,”
“Bahkan di seluruh Indonesia.”
“Apa rahasianya sih, sayang?”
Puja-puji Alex pada Angel tersebut ditutup oleh cubitan pipi dari pemuda tampan tersebut pada sang kekasih yang sebenarnya sejak tadi sedang mengalami kekambuhan kejang kecemasan.
Angel kejang karena terlalu mendapat antesi dari orang-orang di sekitarnya, kali ini pun rumahnya ramai, hampir semua orang yang dikenalnya ada disitu, kecuali Tasha dan keluarga kecilnya, dan tentu saja Bara, yang ia perkirakan ada di Purwokerto, mengingat ia serta Sukmawati pernah dikirimi hadiah dari pengusaha sukses dari daerah tersebut yang mereka yakini itu adalah Bara.
Angel paham dengan ketidakdatangan Bara, tapi hanya prasangka untuk ketidakdatangan Tasha dan keluarga kecilnya, prasangka benar yang berhubungan dengan kepergian Bara, bahwa Tasha begitu mencintai Bara, sehingga ketidakhadiran pria muda tersebut membuat Tasha memutuskan untuk memutus tali silaturahmi dengan keluarga kecil kekasihnya tersebut.
Kejang kecemasan Angel pun makin meninggi sesaat setelah Angel memikirkan alasan ketidakhadiran Tasha dan keluarga kecilnya, apalagi ia mengingat Marsha, si bungsu di keluarga kecil Tasha, seolah sebagai cermin masa kanak-kanaknya, dan wajahnya pun memang agak mirip, meski tidak ada hubungan darah sama sekali.
Angel melihat sekitar, suasana rumah yang sederhana kini riuh ramai, Angel melihat satu persatu tamu yang datang, mulai dari Bu Angel dan Pak David, Tante Tutik dan ibunya yang sedang bercengkrama.
Rahma dan beberapa teman akrab Angel di sekolah pun hadir, termasuk juga Indah dan geng nya, dimana mereka sebetulnya hanya ingin pansos, meminta foto bareng Angel, untuk diupload di media sosial, kemudian dipamerkan, mengaku-ngaku bahwa mereka berteman akrab, dan buktinya adalah mereka sampai berfoto bersama pelajar terpandai dengan nilai kelulusan tertinggi di Indonesia.
Angel juga baru selesai meladeni siswa siswi tersebut untuk berfoto, kecerdasan Angel membuatnya mengetahui maksud sebenarnya dari orang-orang yang sebetulnya bukan teman itu.
Tapi perasaan negatif Angel yang merasa bisa kehilangan teman baru jika ia menolak dan mengungkapkan kebenaran tentang alasan mereka minta berfoto membuatnya tidak berani speak up dan hanya tersenyum ramah ketika diajak berfoto, termasuk ketika diajak berfoto bersama Indah, yang terlihat sangat over ketika meminta foto bareng, akibat perasaan yang disembunyikan tersebut kejang kecemasan Angel makin parah dan memuncak,
Apalagi Angel memikirkan kampus dengan jurusan psikologi terbaik yang sudah pasti akan ia masuki, dalam perasaannya yang berkaitan dengan kampus tersebut ialah,
Bagaimana jika ia gagal memperolah nilai yang cukup disana? Angel sadar nilai yang memuaskan terlalu ambisius dan nilai cukup sudah cukup membuat Angel tenang, tapi kecemasannya berkaitan dengan poin kedua ketakutannya, ia masuk ke kampus tersebut sebagai pelajar dengan nilai tertinggi di Indonesia, bagaimana jika nilai mata kuliah Angel hanya sekedar cukup, tapi itu membuat orang-orang di kampus merasa kecewa karena mereka berekpetasi Angel akan sama cerdasnya ketika ia berada di sekolah menengah atas?
Lalu yang ketiga, apakah ia disana akan disupport oleh banyak teman baik? Angel sadar ia kini sampai ke tahap kesuksesan sebagai pelajar SMA dengan nilai tertinggi di Indonesia karena banyak teman-teman serta guru yang mensupportnya dengan amat penuh.
Apakah di tempat kuliah Angel akan mendapatkan support system yang sama ketika ia berkuliah nanti? Ya, support system yang amat kuat di SMA memang yang membuat Angel sedikit tenang dan tidak terlalu memikirkan kejang kecemasannya ketika mengalaminya di sekolah, sehingga meskipun sedang kejang pun ia tetap bisa fokus pada pelajaran.
Diatas semua tanya-tanya dalam hati pemudi tersebut kejang kecemasan Angel semakin memuncak, apalagi ia juga kembali terngiang soal Yanto, entah mengapa perayaan dirinya sebagai pelajar dengan nilai tertinggi se-Indonesia justru bertepatan dengan tanggal dan bulan kematian ayahnya tersebut, Angel pun tadi sedikit teringat sang ayah, jika Yanto ada mungkin dengan joke joke nya suasana makin meriah.
Tapi Yanto sudah tiada, tiada dengan cara yang tidak biasa, dengan cara yang mengenaskan, dan itu terus terngiang di dalam kepala dan hati Angel, terus berputar bagaikan sebuah adegan film yang berputar di dalam jiwa dan otaknya.
Angel menatap kembali satu persatu orang-orang yang kini hadir di kediamannya yang sederhana, yang kini telah diperbaiki dari uang bantuan Tante Tutik dan juga dari keluarga Alex, dan Angel berusaha senormal mungkin, ia juga berusaha membuat dirinya tidak terpatah-patah dalam berkata, sebab terpatah-patah saat berkata adalah salah satu gejala kejang kecemasan.
Ia melakukannya supaya tidak ada orang yang tahu keadaan Angel saat ini, supaya pesta yang meriah dan penuh keceriaan tidak berubah menjadi kepanikan.
Bu Angel sebetulnya mengetahui itu semua, tapi ia tahu jika ia bicara pada Angel, Angel yang mengharapkan pesta berjalan tetap meriah akan buyar, yang bisa dilakukan Bu Angel saat ini adalah diam sambil diam-diam memperhatikan Angel, seolah menikmati malam pesta seperti biasa, dan sebisa mungkin menyembunyikan serapat-rapatnya pada pasiennya tersebut bahwa dirinya tahu bahwa pasien yang memiliki nama yang sama dengannya tersebut kini sedang mengalami kejang kecemasan super akut.
Lagipula jika ia mengungkapkan Angel sedang kejang, justru kejang kecemasan Angel akan semakin meningkat parah, Bu Angel pun hanya bisa memperhatikan, ia bahkan merahasiakannya dari David, karena selain David adalah tipe orang yang mudah panik ketika ada pasien yang kambuh, David pasti nanti akan jadi sering memperhatikan Angel karena cemas, akibatnya bisa ditebak, Angel jadi tahu bahwa ada orang yang menyadari kejang kecemasan yang sedang ia alami.
Di tengah-tengah akting Angel berperikaku normal, ia tiba-tiba dikagetkan Rahma yang memanggil namanya sambil menepuk paha gadis tersebut,
“Dari tadi kamu diem aja,”
“Aku dari tadi merhatiin kamu satu persatu ngeliat orang-orang yang ada disini,”
“Ada apa?”
Angel terkejut, hatinya dag dig dug, ia merasa mungkin saja Rahma sudah tahu keadaannya, kemudian mengujinya melalui tanya kenapa ia memperhatikan orang satu persatu,
“Pengen liat-liat aja, Ma. Aku bahagia mereka semua datang,”
“Aku merasa aku diperhatiin banget sama banyak orang,”
Jawab Angel, yang ditimpali Rahma,
“Bahkan pak kepsek juga wali kelas juga dateng, ya.”