Berharga

Rere Valencia
Chapter #43

Epilog: Berharga

Sang Ayah, Yanto.

“Pak, Angel ke makam bapak dan makam Intan hari ini.”

“Memang setiap tahun kita kesini, tapi ke makam kali itu spesial.”

“Bapak pasti inget waktu sering boncengin Angel sama Kak Syafril naik sepeda,”

“Waktu itu Kak Bara yang udah bisa naik sepeda sendiri ngebut paling depan,”

“Dan bapak tiba-tiba suka teriak-teriak sendiri ke orang yang bikin Angel sama Bang Syafril yang waktu itu gak tahu masalah mental illness jadi takut banget,”

“Terus bapak juga sering ngamuk di warung waktu bapak beli rokok, karena duit kurang,”

“Waktu itu Bang Syafril udah tahu kondisi bapak dan Angel belum,

“Dan waktu itu aku lihat perubahan sikap Bang Syafril yang tadinya ketakutan jadi ngerangkul banget bapak.”

“Sekarang Angel paham bapak memang harus diperlakukan spesial.”

“Dan setelah kita melek soal gangguan jiwa,”

“Angel lega dan bahagia banget bapak berubah jadi lebih baik,”

“Meskipun Angel dan keluarga sadar bahwa nahan emosi, nahan waham, nahan seolah gak ada delusi, nahan sakit hati pas punya gangguan kejiwaan itu berat banget rasanya,”

“Angel bangga banget sama bapak yang sudah bisa berjuang sampai akhir hayat bapak untuk nahan dari ngelaluin apa yang jadi waham bapak,”

“Cara wafat bapak memang gak baik, tapi Angel atas petuah ibu, Bu Angel sama Pak Putut akhirnya sadar, bahwa bapak diambil dengan jalan itu bukannya Allah benci bapak, tapi Dia sayang,”

“Karena itu kematian bapak bisa membuat tobat para pemuda yang mabuk agama.”

“Dan semoga, Angel harap banget Allah SWT memberikan pengampunan pada bapak karena bertobatnya pemuda-pemuda tersebut adalah amal shalih bapak yang sangat mulia,”

“Bapak tenang di alam sana, ya. Angel sekarang mau baca Al Fatihah dulu dan tahun depan kayak biasa pasti balik sini.”

“Oh, iya. Angel juga mau kembali ke rumah kita yang dulu, pak.”

“Mau nostalgia.”

"Itulah kenapa kunjungan kali ini spesial."

“Sekarang Angel baca Al Fatihah dulu buat bapak, ya.”

***

Sang Adik Bungsu, Intan.

Intan, adik kecil tersayang,”

“Makasih udah jadi bidadari kecil yang sering nolong kakak dan keluarga di saat-saat sulit.”

“Kamu memang bidadari yang sungguh spesial,”

“Kakak minta maaf atas perbuatan bapak dulu, ya,”

“Sebab karena perbuatannya itu dulu, kamu gak pernah lahir ke dunia,”

“Tapi kakak sadar dari beberapa orang yang penting bagi kakak,”

“Seperti yang selalu kakak bilang di tahun-tahun lalu,”

“Kamu pasti justru mesyukuri takdir dari Yang Kuasa tersebut.”

“Sepanjang memimpikan kamu, atau didatangi kamu,”

“Kamu selalu ceria dan tersenyum,”

“Dan kamu pun jadi bidadari surga, gak jadi roh penasaran,”

“Makasih, ya, untuk ucapan kamu di dalam mimpi waktu itu,”

“Yang ngeiyain kalau pendapat ibu, Bu Angel dan Pak Putut tentang kamu itu benar,’

“Sehingga kakak yang di malam hari setelah acara itu masih agak bimbang tentang kamu bisa jadi tenang,”

“Sekarang kakak baca Al Fatihah, ya. Buat kamu,"

"Adik kecil yang kakak sayang.”

***

Sang Kakak Bungsu, Syafril.

Lihat selengkapnya