#Berhentidikamu

Mizan Publishing
Chapter #1

Orang Asing Menawan

Pada awal tahun itu, saya dan keluarga pergi umrah, berempat. Ini adalah umrah spesial yang saya tunggu-tunggu. Saya sendiri sudah kangeeen sekali pada Tanah Suci dan Baitullah. Terakhir saya ke sana waktu SMP dan belum banyak mengerti.

Saat itu saya sudah lulus kuliah dan bekerja. Sudah saatnya punya istri. Kesempatan umrah ini akan saya pergunakan untuk berdoa khusus masalah pasangan. Saya ingin benar-benar meminta kepadaNya seorang pasangan yang diridhai kedua orangtua, yang membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Baju seragam travel biro kami adalah batik bernuansa biru. Jemaahnya cukup banyak. Mereka berasal dari beragam kota. Saya bertegur sapa dan berbincang-bincang dengan beberapa orang di antara mereka. Ada yang dari Jakarta seperti kami, ada yang dari Tasikmalaya, Yogyakarta, dan kota-kota lain.

Kami check in lalu pergi menuju gate tujuan kami. Beberapa saat menunggu di gate, panggilan pesawat berbunyi, kami pun berdiri perlahan-lahan lalu berjalan menuju pesawat. Antrean penumpang memenuhi lorong pesawat. Saya dengan sabar menanti giliran menuju seat sesuai yang tertera di boarding pass. Kedua orangtua saya pun mengantre hingga penumpang-penumpang di depan kami selesai meletakkan barang mereka dalam kabin dan duduk manis di seat mereka masing-masing, sehingga kami bisa maju selangkah demi selangkah.

“Silakan, Pak, Bu ...” sapa seorang pramugari senior, “nomor berapa kursinya?” Saya menunjukkan boarding pass, lalu kami berempat diarahkan menuju empat kursi di deretan terakhir kursi segmen depan.

Namun, perjalanan kami terhalang seorang wanita muda berpakaian seperti kami yang sedang kesulitan mengangkat kopernya. Pramugari yang menuntun kami lalu membantunya.

Ketika pramugari membantunya, wanita muda itu menoleh ke belakang. Kami bertatapan. Saya terkejut dan terkesima. Wanita itu cantik sekali. Dia tersenyum tipis sebentar, lalu duduk di kursi depan saya.

Perasaan saya tak menentu ketika beranjak ke kursi saya sendiri. Hati ini penasaran. Who is this girl? Wajahnya mirip siapa, ya ... enggak asing.

Saya meletakkan tas ke dalam kabin, kemudian membantu meletakkan tas milik Mama ke dalam kabin juga. “Duduk dulu, Mam,” saya mempersilakan Mama masuk ke row kursi kami.

Lihat selengkapnya