Aku meletakkan tasku di meja, letak mejaku paling depan berhadapan dengan meja guru. Seperti biasa aku selalu datang lebih awal ke sekolah. Aku saat ini kelas XII IPA 2 di sekolahku tercinta, SMA N 3 Kaur.
“Hem, selalu saja, sepi amat sih,” gumamku. Aku memutuskan duduk di dalam kelas menunggu teman yang lain.
“Assalamu’alaikum, eh mbak rajin banget sih,” sapa Tika, teman kelasku. Tika ini juga selalu datang pagi ke sekolah.
“Wa’alaikumussalam warahmatullah,” jawabku.
“Aih, mbak lagi mbak lagi, aku kan keturusan Sunda bukan Jawa,” dalam hatiku. Entah kenapa gak teman seangkatan, adik kelas pada manggil aku mbak. Hanya teman dekatku yang memanggilku “Ingah” karena itu panggilanku di rumah.
Akhirnya satu persatu mulai berdatangan.
Teng Teng Teng Teng
Bunyi bel istirahat berdenting.
“Fer, kamu udah daftar SNMPTN?” tanyaku pada Fera, teman sebangkuku.
“Udah. Kamu udah daftar belum?” jawab Fera.
“Belum nih, aku masih bingung. Kamu daftar jurusan apa Fer?” tanyaku lagi.
“Jurusan Pendidikan Biologi,” singkatnya.
Oh iya, yang daftar SNMPTN gak semua orang bisa. Sebelumnya kita udah ngisi formulir dan nilai gitu kan, terus diseleksi lagi yang memenuhi bisa daftar. Di kelasku ada 11 orang yang bisa daftar dari 23 orang.
Sepulang dari sekolah, aku langsung masuk kamar untuk mengganti pakaian. Setelahnya aku berwudhu dan shalat zhuhur, baru makan siang. Aku pun selesai makan, lalu aku menemui Makku.
“Mak!” panggilku.
“Kenapa?” tanyaku Makku.
“Mak, aku mau nanya penting,” ujarku.
“Nanya apa?” balas Makku.
“Kan sekarang pendaftaran SNMPTN, menurut Mak aku ngambil jurusan apa dan dimana ?” serbuku.
“Daftar di UNIB aja, kamu maunya jurusan apa?” Mak malah nanya balik.
“Aku masih bingung jurusan apa,” kataku.
“Jurusan Biologi?”
“Gak mau lah, membayangkan pun aku enggan.”
“Yaudah, kamu pikirin aja dulu,” saran Makku.
“Is kenapa sih harus di Bengkulu, kan aku ogah. Aku maunya di luar pulau malahan,” gerutuku seraya memasuki kamar.
Jujur, aku perang batin. Antara Mak nyuruh aku daftar di Bengkulu dan aku gak mau. Karena masa pendaftarannya masih lama, jadi aku menggunakan kesempatan itu untuk berpikir.