Tepat dibulan 12 Juli 2012 aku dan Aldy menikah, pernikahan kami sangat sederhana tidak ada dekorasi, tidak ada hiiburan bahkan aku hanya merias wajahku sesederhana mungkin. Karena pernikahan ini memang bukan pernikahan impian kami. Bahkan aku tidak mencintai Aldy, aku tidak ingin anaku lahir tanpa ayah.
“Meski kita sudah menikah, bukan berarti kamu berhak mengaturku seenaknya.” Ancam Aldy, baru beberapa menit kami menikah kenapa dia bertindak seperti ini.
Aku tak dapat berkata apapun. Memang kita suami istri namun aku tidak merasakan kebahagiaan yang selayaknya didapatkan pasangan suami istri. Kehangatan yang Aldy lakukan dulu, ketika mendekatiku kini sudah tidak lagi dia lakukan. Aku dan Aldy tinggal dirumah orang tua masing – masing. Pernikahan kami seolah hanya sebatas kertas.
Teman – teman dikampus tidak mengetahui aku dan Aldy sudah menikah. Yah kami menikah diam –diam. Bahkan Reno dan wina teman terdekatku dan Lady tidak mengetahui perihal pernikahan kami.
Mereka hanya mengetahui bahwa aku telah melangsungkan pernikahan, namun tidak diketahui siapa sebenarnya suamiku.
“Kalau dikampus ketemu aku, jangan menyapaku dan jangan protes tentang apa yang aku lakukan.” Aldy kembali menegaskan peraturan pernikahan ini
“Iya aku paham.” Aku hanya bisa mengiyakan setiap permintaan Aldy
“Ayo jalan, nanti aku turunin kamu diperempatan deket lampu merah masjid.”
“Itukan masih jauh kalau aku harus jalan dengan kondisi hamil di trimester pertama ini.” Aku mencoba bernegosiasi degan Aldy
“Bukan urusanku.” Memutuskan sepihak
Setiap kekampus kami selalu berangkat dan pulang bersama. Namun, aku harus berjalan 100 m terlebih dahulu sebelm akhirnya bertemu Aldy. Tak jarang aku meminta Wina mengantarkan aku ke masjid tempat dimana Aldy akan menjemputku.
“Win, nebeng dong.” Rayuku pada Wina sambil mengelus perutku
“Iya calon keponakan ku.” Menggoda rayuanku
“Tante Wina emang best baettt.” Senyumku terkembang
“Udah lama sejak kamu menikah, aku nggak ngeliat kamu senyum lebar begini Za.” Wina mencoba menghiburku
“Aku bahagia banget kok Win.” Mencoba menutupi dilema rumah tanggaku