Tarakan, Kalimantan Utara.
Dion telah sampai di salah satu kota yang terletak di Kalimantan Utara.
Belum selesai perjalanannya. Salah seorang staf kantor cabang yang berada di kota Tarakan; menjemputnya di Bandara Juwata yang kemudian mengantarkannya ke pelabuhan, bersiap menyebrangi laut untuk menuju ke sebuah perkampungan dimana kantornya berada.
Deru ombak memecah gelombang laut, hembusan angin kian menerpa, speed penumpang melaju cepat menjelajahi setiap penjuru yang tak berarah, hanya pengemudi handal yang dapat menjinakkan hamparan luas lautan; terlihat juga beberapa burung elang berterbangan, berputar - putar di atas pulau-pulau kecil yang di tumbuhi pohon bakau.
Selama tiga jam perjalanan mengarungi laut, speed penumpang kini telah berhasil menepi di pelabuhan kecil sebuah perkampungan.
"Pak Dion!" sapa seorang temannya yang lebih dulu dipindah tugaskan di Kalimantan.
"Rio!" Dion berbalik menyapanya.
Mereka pun bersalaman dan sedikit mengobrol sambil menikmati keindahan laut yang terdapat pulau-pulau kecil saling berseberangan.
Tak terasa, waktu kini mulai mamasuki senja. Matahari sudah bersiap untuk membenamkan dirinya.
"Ayo Bro! Kita jalan ... lanjut di mess karyawan, udah disiapkan kamar khusus buat pak Dion. Hehe."
Rio segera mempersilahkan Dion untuk naik ke dalam mobil, karena tahu perjalanan Dion begitu panjang dan melelahkan.
"Lets go ...." Dion tersenyum sambil menepuk pundak Rio.
Mereka kembali menyusuri jalan yang belum beraspal, kurang lebih 1 jam perjalanan dari pelabuhan.
Sesampainya di mess, Rio kemudian berpamitan dengan Dion.
(Assalamualaikum Tiara, lagi ngapain? Mas sudah sampai mess. Jangan lupa makan ya ....)
Tiara tersenyum membaca pesan dari Dion dan segera membalasnya.