Mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Subuh itu, hembusan angin yang sejuk menerpa wajah dan kerudung seorang gadis yang tidak lain adalah Dhea. Dia menikmati sinar sang mentari yang mulai menampakkan diri melalui jendela kamar. Cukup lama, hingga jam menunjukkan pukul 05.45 pagi.
Seperti pagi-paginya yang lalu, dia bergegas bersiap diri untuk berangkat menyongsong masa depan. Masa depan yang kata orang wajib dijejaki melalui bangku perkuliahan. Semua alat dan perlengkapan telah masuk dalam tatanan. Jadi, Ditinggalkannya kos-kosan pada pagi buta itu tanpa sesuap sarapan. Ia hanya akan sarapan di kantin, itupun kalau sempat.
***
Sekarang Dhea berada di taman kampus bersama sahabatnya, Salsa. Mereka sedang berkutat dengan tugas yang nyaris rampung. Beberapa menit kemudian, seorang lelaki tampan datang memberi salam dan tersenyum kepada mereka berdua.
"Assalamualaikum," salamnya pada Dhea dan Salsa.
"Waalaikumsalam," jawab keduanya bersamaan.
"Kalian sibuk enggak?" tanya si lelaki tadi.
"Enggak kok, nyantai aja, cuma ngerjain tugas buat minggu depan," jawab Dhea, sedangkan Salsa acuh dan lebih memilih melanjutkan tugasnya.
"Oh, iya, Sal, minggu besok orang tua kamu ada di rumah enggak?" Laki-laki itu bertanya pada Salsa yang sibuk mengerjakan tugas.
"Buat apa kamu tanya-tanya orang tua aku, Ram?" tanya balik Salsa dengan raut muka yang mulai kesal.
Pangilan 'Ram' yang disebut Salsa adalah Rama, lelaki yang selama ini Dhea cintai sejak masa SMA dan Salsa pun tahu itu, tetapi Salsa tetap diam sampai Dhea sendiri yang bercerita.
Dalam situasi itu, Dhea tetap melanjutkan pekerjaannya. Dia tak ingin ikut campur.
"Ya, kamu tahulah, Sal, aku mau serius sama kamu, aku suka sama kamu, cinta sama kamu!" jelasnya.
Deg.
Sedangkan gadis di samping Salsa semakin membisu. Dia meremas pena dalam genggamannya. Matanya mulai berkaca-kaca setelah mendengar pernyataan Rama barusan. Kalimat itu memang sudah beberapa kali Rama utarakan di depannya, namun masih terasa menyakitkan untuk didengar. Dhea dengar secara langsung di depan matanya. Seakan sudah tidak mampu menahan air matanya untuk tidak turun dari pelupuk matanya, Dhea bergegas pamit tanpa memberi salam terlebih dahulu.
"Aku'kan udah pernah bilang, Ram, aku enggak mau dan enggak bisa!" jawab Salsa tetap dengan raut muka kesal, terlebih melihat gelagat Dhea yang sudah mau meledak.
"Oh, iya, kalian lanjutkan ngobrolnya, aku pamit duluan. Udah ditunggu Bunda, nih," ucap Dhea sambil terburu-buru mengemasi barang-barangnya. Dengan kepala menunduk, dia langsung pergi tanpa menghiraukan Rama yang kaget karena dia tiba-tiba pamit dan tidak memberi salam terlebih dahulu.