Aku tahu mereka berbohong. Bapak dan Ibuk.
Mereka pandai sekali menutupi lapar dengan senyum.
Pandai membuat dongeng tentang perut yang sudah kenyang, demi anak kecil yang masih ingin tumbuh.
Dulu aku percaya, sungguh percaya.
Anak kecil mana yang tidak percaya pada orangtuanya?
"Bapak sama Ibuk udah makan duluan tadi, Nak.
Makan yang banyak, ya, biar cepat besar."
Dan aku, si anak bodoh itu, mengangguk sambil menyuap nasi yang cuma sebutir-sebutir dan sayur yang cuma tinggal kuah.
Baru ketika aku remaja,
aku mengerti arti pucat di wajah mereka.
Aku mengerti kenapa tangan bapak gemetar, kenapa napas ibuk berat.
Itu bukan lelah...