Bersalah Sebelum Bernapas

Temu Sunyi
Chapter #9

Cita-Cita yang Ditertawakan


Di sekolah, semua anak adalah calon bintang—katanya.

Tapi aku tak pernah merasa bersinar.

Aku cuma bayangan yang duduk di pojok ruangan,

dengan seragam yang lebih mirip kain pel, dan bau tubuh yang kalah oleh sabun mahal mereka.

Suatu hari, Pak Guru datang dengan pertanyaan sakral yang katanya akan menentukan masa depan:

“Anak-anak, apa cita-citamu?”

Mereka berebut menjawab, seperti hidup mereka sudah tahu mau ke mana.

"Aku mau jadi dokter!"

"Aku mau jadi pengacara!"

"Aku mau jadi pilot!"

Suara mereka penuh percaya diri, seperti mereka sudah punya sayap, tinggal terbang.

Lalu tiba giliranku.

“Fajar, kamu mau jadi apa?”

Aku menatap ke depan. Tanpa ragu, aku menjawab:

“Saya mau makan enak, Pak.”

Dan ruangan itu… meledak.

Tawa mereka seperti peluru.

Bukan karena lucu. Tapi karena mereka tak mengerti.

Atau mungkin, mereka menolak mengerti.

Lihat selengkapnya