Saat mereka tertawa mendengar cita-citaku,
aku tak marah.
Aku cuma merasa semakin kecil,
seperti remah roti yang dibuang di pinggir jalan.
Mungkin bagi mereka, lapar itu bukan sesuatu yang bisa ditulis di atas kertas impian.
Tapi aku hidup di dalamnya.
Aku tidur dengannya.
Aku sekolah bersamanya.
Jika kalian menganggap jawabanku terlalu sederhana,
maka mungkin kalian terlalu sering kenyang,
hingga lupa bahwa ada dunia lain di balik dinding rumah kalian—
dunia di mana anak-anak seperti aku