“Nin, aku didepan rumahmu”. Tiba-tiba ada notifikasi, siapa lagi kalau bukan Deden.
“Ngapain?” balasku.
“Ayo keluar, ikut aku”.
Tanpa berpikir panjang aku langsung mengenakan sepatu, dan langsung keluar rumah.
“Ayo naik”.
“Mau kemana?”
Diperjalanan kita cuma diam, tak ada yang memulai pembicaraan. “dasar dingin” batinku.
“Ngapain kita ke kampus Den?’ Dia tak menjawab pertanyaanku karena terlalu fokus memarkirkan motor kesayangannya.
“Ayo Nin, ngapain diem disitu kaya patung?” Dia menertawakanku yang sedang melamun.
“Ih dasar nyebelin” tanpa sadar aku mencubit lengannya yang dibalut jaket.
“Aw, sakit tau” rintihnya.
“Gapeduli, wle.” Kujulurkan lidah padanya.
Dia hanya tertawa, seperti ini saja aku merasa bahagia. “Astagfirullah apaan sih” batinku.
“Ayo masuk” ajaknya.