Bersamalah dengannya, dan menjadi sepasang arti

Nina Karlina
Chapter #4

Kelapa Muda

Bukan Deden namanya, jika hadir tanpa kejutan. Ia mengajakku untuk mencari buku di Braga, sebuah tempat di pusat kota Bandung.

Sampai di Braga, ia menawarkan untuk makan siang dahulu atau mencari buku dahulu, jelas saja jawabku mencari buku. Dia tipikal orang yang sangat pemilih, meminta pendapatku, namun tetap saja pilihannya yang ia beli, dasar cowok nyebelin. Aku tiba-tiba ingin membahas kejadian pada saat menonton konser, bahwa dengan jelas mengatakan bahwa aku pacarnya, tapi aku malu, aku urungkan untuk membahas itu. Aku tak tahu apa sebenarnya hubungan aku dengan Deden, apakah hanya teman, atau apa?

“Nin, kamu mau beli buku apa?” ia mengagetkanku.

“Hmm ngga tau, mungkin referensi. Kalo ngga ada, ya fiksi aja hahaha. Tapi aku sudah ngga mau lagi beli karya orang lain Den, aku ingin orang lain beli karyaku, aku lagi nulis, semoga tulisan aku bisa diterbitkan”.

“Mending kamu nulis di Website aja Nin, buat tulisan yang ringan-ringan”.

“Ngga ah males, ngga dapet feedback ke akunya, aku mau dapet feedback dari hobiku”.

“Hmm, coba aja dulu, kalo mau nanti aku ajarin kamu nulis di Website”.

Aku memilih-milih buku yang hendak aku beli, kubaca resensi di belakangnya, aku bingung pilih yang mana, tapi buku-buku yang kuambil semua tentang wanita sholihah, buku tentang Aisyah, Khadijah, hingga tanpa sengaja aku membawa buku menjadi istri sholehah.

“Kamu ngebet nikah ya Nin?”

“Huh, aku lagi ingin baca buku tentang wanita-sholihah jaman Rasulullah, lagian ya belajar buat jadi istri sholihah mulainya dari sekarang Den, masa iya mulainya kalo sudah nikah”.

Dia hanya diam, dan menatapku pekat.

“Aku mau memperbaiki akhlakku, aku mau hijrah” lanjutku.

“Hah? Mau hijrah Nin? Alumni Aliyah mau hijrah?” tanyanya.

“Bukan gitu, kamu tahu sendiri kan kalau mayoritas teman-teman aku itu cowok, kadang aku males temenan sama cewek, gampang baperan, tapi temenan sama cowok takut melampaui batas”.

Dia hanya mengangguk, pun ternyata hendak membeli buku-buku tentang khalifah pada masa Rasullullah.

“Dih ngikutin” kataku.

“Aku juga mau memperbaiki diri, biar nanti pantas jadi imammu”.

“Hah?” aku pura-pura tak mendengar.

“Untung ngga denger.”

“Aku denger kok Den, kenapa sih kamu tuh nyeletuk mulu, tapi belum pernah ngomong langsung” batinku.

Akhirnya kami membeli buku yang sempat dipilih tadi.

“Ke sana yuk, aku mau beli Al-Quran” ajakku.

Lihat selengkapnya