Semester tiga bagiku, ialah masa-masa perkuliahan yang sesungguhnya baru dimulai, karena bagiku semester satu dan semester dua seperti masa Aliyah dahulu, mata kuliah bagai lanjutan dari mata pelajaran, tingkat ketegasan dosen pun hampir sama dengan guru. Namun semua berubah dan terasa berbeda semenjak memasuki semester tiga.
Tak ada yang ingin aku fikirkan selain memaksimalkan diri untuk mempelajari mata kuliah yang sangat asing untukku. Aku yang dahulu menyenangi dunia biologi, kini aku harus menyelami fisika. Mata kuliah elektronika yang harus membuat project analog mobile remote kontrol hampir menguras waktuku selama satu minggu, tak enak makan, tak nyenyak tidur.
Project ini dikerjakan per-kelompok, dan satu kelompok terdiri dari dua orang, aku bersama Aidha harus merampungkan project ini. Aku sempat ingin menyerah, tatkala robotku belum saja mampu bergerak, dan yang mampu menggerakkannya ialah sebuah aplikasi yang bernama Arduino. Aku sempat menginap di rumah dosenku hanya untuk belajar Coding selama satu malam. Banyak sekali rangkaian yang harus kami hubungkan, hingga robot benar-benar bergerak.
Hingga harinya tiba, alhamdulillah mobile remote kontrol yang kami namai AKUNO akhirnya bergerak, Akuno ialah kepanjangan dari nama pemiliknya yaitu Aidha dan Karlina menggunakan aplikasi Arduino. Project kami pun di presentasikan dalam sebuah perlombaan, di tingkat Jawa Barat. Meski tidak masuk final, aku sangat bahagia robotku mampu ikut serta dalam perlombaan.
--
Lain lagi dengan project elektronika yang harus di seminarkan dalam perlombaan ‘National Year Of Light, Light-Based Technology’. Aku bersama Mustika harus ekstra bekerja sama dengan membuat sebuah jurnal dari project yang kami kerjakan, sepulang jam kuliah, aku sering kali mengunjungi kosannya untuk merampungkan sebuah jurnal. Project yang kami buat mengenai sebuah alat yang mampu mendeteksi kebakaran. “Terlalu sederhana jika dikerjakan oleh tingkat mahasiswa” begitu ujar juri. Aku berjanji untuk lebih maksimal pada project-project selanjutnya.
---
Selain project, asistensi pun menyita waktu bagiku disemester ini. Dulu, saat aku menjadi mahasiswa baru aku pernah menghayal “andai aja nanti aku bisa jadi asisten dosen, pasti bakal senang banget”. Nyatanya, saat ini aku ingin menarik ulang hayalan aku. Hahaha.
Yah, aku akhirnya menjadi asisten laboratorium, atau dikenal dengan aslab, mungkin orang-orang awam menganggap ini suatu kehebatan, hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalaninya. Awalnya aku bahagia saat diamanahi untuk menjadi asisten sebanyak 3 jurusan, yakni teknik elektro, teknik informatika dan matematika.
Hari-hari aku jalani dengan suka cita, mampu mengamalkan ilmu yang aku punya merupakan kebahagiaan tersendiri untukku, selain itu relasi pun semakin banyak karenanya. Namun, aku menemukan titik jenuh yang tak terhingga, hari-hari aku habiskan di laboratorium, hingga tak ada lagi semangat suka cita untuk menjadi seorang aslab. Mau bagaimana lagi ini semua amanah yang diberikan dosen, dan aku harus mempertanggung jawabkannya.
“Nikmati aja Nin, itu proses meraih sarjana, kaka tingkatmu mampu menyelesaikannya hingga wisuda tiba, masa kamu ngga” batinku.
---
Sudah lama Deden tak mengabariku, hingga ulang tahunku berlalu, ia tak mengucapkan nya, padahal aku selalu mengharapkan ia sebagai orang pertama yang selalu membangunkanku pertama kali saat aku bertambah usia, ini adalah tahun kedua aku bersamanya, tanpa status ataupun ikatan yang pasti. Namun, aku tak pernah bosan menunggu kejutan-kejutan darinya.
“Ayo masuk” ujarnya.
“Engga ah, ngapain?”
“Ayo sini masuk Nin’ seorang wanita paruh baya menghampiriku.
“Ini mamahku” ucap Deden.
Aku langsung menyalami mamahnya, peluk hangat seorang mamah aku rasakan. Deden kembali setelah ia mengganti pakaiannya.