Sudah lama aku tak bertemu Deden, ia pun tak mengabariku, aku sudah biasa seperti ini. Lagi pula aku memang bukan sesiapanya, tak ada hak untukku memaksanya agar selalu mengabariku. Tapi aku begitu khawatir padanya. Aku mencoba mengabarinya terlebih dahulu, aku singkirkan rasa gengsiku, bagaimanapun aku harus mengetahui kabarnya. Aku memutuskan untuk meneleponnya.
“Den kamu baik-baik aja kan?”
“Iya Nin, aku sudah seminggu ngga ke kampus”.
“Kenapa?”
“Waktu itu aku ke tabrak motor”.
“Di mana?”
“Di kampus, pas aku mau ambil motor di tempat parkir”.
“Kok bisa?”
“Jadi waktu habis sholat ashar di Masjid Iqamah, aku sempat mengobrol sama maling”.