Hari ini, hari minggu, Khrisnendy mengabariku, bahwa ia akan kerumah, untuk mengajakku berlibur ke suatu tempat yang berada di Lembang. Aku hendak izin ke mamah dan ayah.
“Gimana kalo Deden tau, teh?” mamah tampak tak mengizinkan.
”Entahlah mah, teteh hanya meniatkan diri untuk berlibur saja, dan tak ingin membuat siapa pun kecewa”.
“Itu memang karakter teteh yang sulit diubah, merasa benar dengan sikap mengiyakan apa-apa yang orang inginkan, tanpa berfikir lebih lanjut bagaimana perasaan mereka jika diakhir memang dikecewakan”.
Aku hanya terdiam, aku tak tahu apakah yang aku lakukan ini memang benar atau tidak.
“Assalamualaikum” suara Khris terdengar.
“Waalaikumsalam” ayah yang membuka pintu.
Aku masih berdiam dikamar, aku bingung harus pergi untuk menunaikan janji, atau harus membatalkannya.
“Saya Khris Pak, mau ajak Nina liburan”.
“Oh iya sebentar ya” ayah memanggilku. “Teh, teteh”
Aku menghampiri mamah terlebih dahulu yang sedang menyetrika.
“Mah teteh pergi dulu” aku menyalaminya “Mamah ngga akan nemuin Khris?”
“Ngga teh, hati-hati, jangan lama-lama”.
“Iya mah”.
“Teteh pergi dulu yah” aku menyalami ayah, begitu pun dengan Khris.
---
Di perjalanan, aku hanya diam, mamah terlihat tak suka aku pergi bersama Khris, mungkin mamah memang mengkhawatirkan jika Deden tahu. Tapi, aku merasa heran, Deden yang belum pernah kuajak ke rumah, namun ia memang selalu ada saat aku membutuhkan kehadirannya, nampaknya mamah memang merestui.
“Feeling ayah sih bilang kamu bakal berjodoh sama Deden teh”.
Aku teringat pembicaraan ayah saat hendak izin tadi pagi.
--
“Kok diem mulu Nin, kamu ngga suka ya aku ajak pergi”. Khris mengagetkanku.
‘”Eh ngga kok Khris” aku begitu gugup.
“Atau kamu ngga suka naik motor ya?”
“Santai aja kali”.
Kenapa aku sangat kaku ya, aku bingung, nampaknya ini bukan diriku. Aku harus bersikap seperti biasa, ramah, hangat dan selalu ceria di hadapan orang lain.
“Sudah mau sampai Nin, kita dzuhur di lokasi apa di sini aja?”
“Di sini aja”.
Khris memarkirkan motornya disebuah masjid dipinggir jalan. Entah mengapa saat aku mengambil air wudhu, rasanya air mataku ikut mengalir, aku tak mengerti apa yang sedang terjadi padaku. Dalam shalatku aku hanya memohon pada Allah bahwa keputusanku ini memang benar.
“Yah gerimis” ucap Khris sambil mengenakan sepatu.
“Apa ini pertanda, Allah pun tak setuju aku pergi bersama Khris, Deden maafkan aku” batinku.
“Nin, hey kok bengong”.
“Eh ngga apa-apa kok, ayo lanjut aja perjalanannya”.
“Kamu tahu ngga Nin. Aku mau ajak kamu ke mana?”
“Engga”.
“Dah sampai” ucapnya.
“Welcome to Orchid Forest Lembang”. Tampak tulisan tersebut digapura.
“Ih ngalam, aku suka”.
“Yo kita explore”.
Entah mengapa aku mencoba mengabaikan semua perasaan gundah ku. Disini aku hanya ingin berlibur dari segala macam emosi diri yang tak terealisasi, mencoba mengafirmasi kembali. Dan akan aku ceritakan semua hal yang aku dapatkan disini. Saat memasuki loket tiket, kau akan disuguhi pemandangan pohon anggrek yang berbaris dengan rapi, aku terpesona melihatnya, ini benar-benar nutrisi untukku, setelah mengerjakan banyak projeck kuliah dan proker organisasi.
“Ayok Nin, melamun mulu”.
“Eh iya”.
“Khris aku minder jalan sama kamu, tinggi amat”.
Aku mencoba untuk mengembalikkan semua sifat dan karakterku, ingat Nin ngga boleh pakai perasaan, biasa aja.
“Kamu masih bisa kok tambah tinggi, naik kursi aja” ledeknya.