Bersamalah dengannya, dan menjadi sepasang arti

Nina Karlina
Chapter #16

Memendam Rasa, Membuat kita Terluka

Kala aku terbangun dipagi hari

Bayangmu menari dalam lamunan

Di siang hari

Kueja namamu dengan penuh penghayatan

Pun dengan sore hari

Hanya kamu yang terbersit dalam bayang

Hingga malam pun tiba

Aku tak kuasa menahan resah

Perihal rindu yang ingin bertemu

Perihal rasa yang sulit disampaikan

Bibirku kelu, dan mendadak bisu

Aku telah mencintaimu sedari dulu

Hingga rasa terpendam sangat dalam

Tak henti memikirkanmu

Meski kutahu, sulit mendapat balasan darimu

Aku hanya menginginkanmu

Aku dan kamu menjadi kita

Agar rasa ini tak berjuang sendirian.

Nyatanya, aku pasrah

Bersama sajakmu yang berserah

Pada harap yang tak lagi searah

Pada perih yang kian berdarah

Biar saja aku yang tenggelam

Menikmati tiap luka yang menikam

Memutar tiap kisah yang terekam

Dalam ingatan yang kelam

Bait-bait itu semakin menghujam saat aku kumpulkan, untuk saat ini biarlah berdiam dan bersemayam dalam laptopku yang usang, suatu saat akan aku publikasikan. Karena bagaimanapun akhir dari setiap tujuan adalah berserah diri kepada Allah.

--

“Mah, apa teteh salah? Menjauhi Dia?”

“Nak, jika kuku kamu panjang, yang dipotong itu kuku nya, bukan jarinya. Pun jika ada masalah, yang dipotong itu masalahnya, bukan silaturahminya”.

Aku memeluk mamah erat, seakan hanya dia yang kini memahami keadaan gadis kecilnya yang mulai dewasa, dan tumbuh karena cinta.

“Allah tak menjanjikan langit selalu biru, siang tanpa malam, pun kebahagiaan tanpa kesedihan, Namun Allah menjanjikan dalam setiap kesulitan ada kemudahan, dan hikmah dibalik cobaan’” lanjut mamah.

---

Aku harus kembali menyelesaikan sarjanaku, bertemu dengan teman-temanku, yang tanpa kita sadari sudah ada di tingkat akhir. Munaqashah sudah di depan mata, pun dengan munakahat yang hampir tiba, namun semua akan sia-sia jika tak menyelesaikan mata kuliah yang diajukan oleh jurusan. Kuliah Kerja Nyata, ternyata tak semudah yang dibayangkan, hingga aku memutuskan untuk mengabdi di sebuah desa terpencil di kota Tasikmalaya.

Masing-masing jurusan di kampus mengirimkan satu atau dua orang ke desa-desa terpencil. Aku bersama Sisil mewakili jurusan fisika. Hingga saat upacara di hari pertama usai, kami saling berkenalan, ada beberapa mahasiswa/i yang datang menyusul karena berbagai hal. Memang seperti cerita orang, akan banyak kisah di luar dugaan mengenai Kuliah Kerja Nyata. Memupuk rindu dengan kekasih yang terpisah jarak, atau berpaling kepada teman satu perjuangan di desa. Tak terkecuali Sisil, badannya yang mungil, pun sangat ramah senyum, menjadi incaran para pria usil.

Aku dan sisil menyengaja menghabiskan senja di sudut desa, sambil menikmati keindahan alam-Nya.

“Nin, kamu ga kangen apa sama Deden?” celoteh Sisil.

“Suut, aku gamau bahas dia Sil, mau fokus KKN aja, biar cepet wisuda” jawabku.

“Tapi Nin, gimana kalo Deden selingkuh?”

“Sisil, kita itu gapunya ikatan hubungan, terserah saja kalo dia menemukan wanita baru, lagi pula aku gatau dia ada di desa mana”

---

“Aku disini kok Nin”.

Tiba-tiba seorang pria membersamai aku dan Sisil, kita menoleh bersamaan.

“Deden” ucapku.

“Mana mungkin aku biarin kamu KKN tanpa aku disampingmu” ucap Deden.

“Ciee ada yang ngfly nih, yaudah aku duluan ya” Sisil berlari.

“Eh sil, Tunggu” aku hendak mengejarnya, namun Deden malah berdiri dihadapanku.

“Mau kemana? Disamperin malah ninggalin” ucap Deden.

“Awas ih “.

“Iya maaf-maaf” ucapnya.

“Kamu kok KKN disini juga? Mana datangnya telat, orang udah upacara dan sambutan tadi pagi”.

“Idih bawel banget sih, aku tadinya emang dapet di Tasik Nin, Cuma beda desa sama kamu, tapi aku barter desa sama temenku, biar bisa jagain kamu, lagian Tasik kan kota kelahiranku, alasan kuat buat aku KKN disini, apalagi ada kamu”.

Aku hanya tersenyum. Menyusuri desa dan menghabiskan senja bersamanya. Sambil menikmati bandrek disebuah warung.

“Indah ya senja di desa, ngga kaya dikota” ucapku.

“Kaya kamu” ucapnya.

Kami tenggelam dalam tatapan mata yang saling memahami kerinduan satu sama lain.

“Kamu kemana aja? Aku kangen Den” tanpa kusadari kepalaku telah nyaman bersandar dibahunya.

“Maafin aku Nin, aku sengaja menjauh darimu, tapi ternyata aku tak kuasa”. Ia hendak menggenggam tanganku, namun aku sadar belum waktunya kami berpegangan tangan.

Aku langsung memindahkan posisi tanganku.

“Masih belum muhrim Den”.

“Aku bakal jaga kamu disini”.

Ia mengantarku menuju kontrakan tempat KKN, disini laki-laki dan perempuan memang dipisah, namun jarak rumahnya memang bersebelahan.

---

“Aciee yang habis tuai rindu” ledek Sisil.

Aku langsung menghempaskan tubuh dikasur.

“Kamu gimana sama Awan?” (Awan adalah pacarnya Sisil, Gunawan nama lengkapnya)

“Aku gatau, dia menghilang tanpa kabar, kayanya dia udah punya selingkuhan”.

Lihat selengkapnya