Bersamalah dengannya, dan menjadi sepasang arti

Nina Karlina
Chapter #20

Raga saintis, jiwa pebisnis?

Disisa-sisa waktu senggangku, aku memutuskan untuk membuka sebuah usaha, aku mencoba bercerita pada keluargaku, yak tak lain untuk meminjam modal dari mereka.

“Mah, kalo teteh jualan online gimna?” tanyaku pada mamah.

“Teteh kan lagi menyusun skripsi, fokus aja dulu” jawab ayah.

“Tapi yah, teteh butuh inspirasi, barangkali dengan jalan ini, teteh menambah silaturahmi, bahkan mendapatkan berbagai inspirasi” aku mencoba menjelaskan.

“Yaudah AA yang modalin” jawab kakaku.

Akhirnya modal terkumpul sebanyak 10 juta, aku hanya meminjam, aku berjanji akan mengembalikannya dalam waktu satu bulan, bagaimanapun caranya.

“Jualan apa ?” tanya kaka pertamaku.

“Mungkin jualan kosmetik lebih cepat laku” jawab kaka keduaku.

“Mending jualan kebutuhan anak fisika aja deh, karena mungkin tanpa sadar aku memfasilitasi teman-teman atau bahkan adik tingkat ku” jawabku.

“Kenapa engga nyoba aja semua kebutuhan mahasiswa, mulai dari kaki hingga kepala” jawab kaka keempatku.

“Bisa jadi, dari mulai kaos kaki, sampai kerudung” jawabku.

“Tapi fokusnya buat kebutuhan wanita berarti ya?” tanyaku kemudian.

“Coba aja dulu, nanti bisa jadi kebutuhan setiap orang” jawab kaka ketigaku.

“Baiklah” jawabku.

“Tapi masih bingung apa nama olshopnya” aku mencoba berfikir.

“Gimana kalo @nikar_store?” tanyaku.

“Kalo bisa yang memiliki arti teh” ucap ayah.

“Teteh dikampus dikenal Nikar (Nina Karlina)” jelasku.

“Ga setuju” sanggah kaka keempatku.

“Namanya ga menarik” lanjutnya.

“Gapapa, justru unik” timpalku.

“Bisa jadi singkatan semua yang ada dirumah

N untuk nina (namaku)

I untuk rIani (adikku)

K untuk Kamil (kaka keempatku)

A untuk Ana (kaka pertamaku)

R untuk damhuR (kaka ketigaku)

S untuk Suhartono (kaka keduaku)

T untuk Tafsir (ayahku)

O untuk Olshop

R untuk nuRhayati (mamahku)

E untuk Exy (kaka iparku)

Tuhkan bagus, punya arti, dan semuanya masuk kategori, hahaha” tawaku.

“Yasudah gimana teteh aja, inget teh, jangan diniatkan untuk mendapatkan keuntungan, namun niatkan untuk mendapatkan keberkahan” nasihat mamah.

“Siap mah” jawabku tegas.

---

Aku mencoba memikirkan apa yang seharusnya aku jual, dan tentunya bermanfaat bagi sekitar, akhirnya aku menjual keperluan mahasiswa pada modal awalku. Aku mencoba merintis semuanya dari awal, aku membuka sebuah akun instagram, yang aku beri nama @nikar_store, pengikutnya hanya aku seorang, dan yang pasti hanya akunku yang aku follback pada akun tersebut. Aku mencoba mensosialisasikannya pada setiap grup yang aku miliki, grup line, grup whastapp, hingga personal chat.

Alhamdulillah satu persatu, hingga sepuluh dua puluh, bahkan disatu minggu pertama sudah ada 100 followers, aku sangat bahagia sekali. Aku mencoba memposting apa yang aku jual, lengkap dengan stok warna dan harganya. Alhamdulillah respon dari mereka langsung positif, aku melakukan sistem COD dikampus tercinta, lalu mencoba mengajak ngobrol satu persatu teman-teman yang membeli produkku, mengajak mereka menjadi reseller dari @nikar_store.

---

Aku baru merintis, tak banyak, bahkan tidak sampai 10% laba yang aku ambil, tak apa, yang penting barakah, aku menguatkan diriku, agar senantiasa ingat pada nasihat dan niat yang mamah titipkan padaku, akan kuceritakan semua perjuangan para reseller ku, dan latar belakang mereka, bahkan aku selalu mendapatkan hikmah atas setiap perbincangan yang aku utarakan dengan para resellerku, bagaimana agar mereka satu frekuensi denganku, meniatkan jualan itu bukan mencari keuntungan namun kebarakahan.

Eriena, dia sahabatku sejak aku aliyah, dia yang pertama kali menjadi reseller, karena sebelumnya dia sudah lebih dahulu berbisnis, dia yang memberiku banyak pengetahuan dari pengalamannya dulu, saat dia menjadi reseller di sebuah produk kosmetik, bersifat sangat mengekang, ia melampirkan foto ktp, juga membayar biaya pendaftaran, selain itu juga wajib menjual produk sesuai target, jika tidak, dia tak mendapatkan keuntungan sama sekali.

Aku meniatkan pada diri bahwa tidak akan ada persyaratan bagi siapa pun yang akan menjadi reseller @nikar_store, bahkan mereka bebas mengambil keuntungan sesuai keinginan mereka.

---

Tatan, aku mengenalnya saat masih sama-sama berjuang untuk menjadi mahasiswa, terakhir kali kita bertemu saat di Gunung Guntur, aku pernah dibonceng olehnya. Perjuangannya menjadi reseller @nikar_store patut diapresiasi, karena dalam sehari dia selalu pulang pergi Bandung-Garut. Dia memiliki saudara kembar yang bernama Titin. Jadi yang menjual produknya Titin, Tatan hanya menjadi perantara antara aku dan Titin, pernah suatu jumat, aku ada ujian jam 7, ia sudah menungguku didepan fakultas sejak 6.30. dia bilang mau langsung ke Garut untuk mengantarkan pesanannya.

Dan kau tahu? Selesai shalat jumat ia mengabariku akan mengambil barang di rumah, dia membuat list orderan, dan ashar akan mengambil orderannya.

“Tan, ngga cape? Tadi kan habis dari Garut, terus sekarang mau ke Garut lagi?” tanyaku.

“Gimana ya teh, kalo harus di ceritain mah, capek pasti iya” jawabnya sambil meneguk air putih yang aku suguhkan padanya.

“Cuma gimana lagi, orang tua tos sepuh. Kakak Tatan sudah pada nikah, dan beban tanggungan mamah sama bapak itu anak kembar yang sama-sama lagi berjuang menyelesaikan sarjananya, Tatan di Bandung, Titin di universitas swasta di Garut” jelasnya.

Aku mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya.

“Kadang Tatan malu kalau masih harus minta uang ke orang tua, apalagi Tatan kan cowok, ya sekarang sudah jadi tulang punggung keluarga, karena kakak sudah punya tanggungan keluarganya masing-masing. Pernah waktu itu Tatan ada buku yang harus dibeli, begitu pula Titin, mau minta uang ngga enak, alhasil kita berdua jualan ketupat di sekitar rumah, tapi itu ngga bertahan lama teh, karena kita kan kuliah, masih sih sampai sekarang di lakukan, itu pun kalo hari minggu” lanjutnya.

“Ya Allah, Tan” ujarku.

“Tatan juga ikutan beasiswa alhamdulillah, tapi uangnya Tatan berikan ke orangtua, pernah juga mamah memberi uang buat ongkos, tapi di kembalikan lagi uangnya, ngga Tatan diterima, bukannya ngga bersyukur dikasih orangtua, tapi Tatan tau, uang itu dapat pinjam dari para tetangga”.

Air mataku mengalir tanpa diminta, Tatan pun tampak berkaca-kaca.

“Ya Allah, perjuangan aku mah ngga ada apa-apanya Tan dibandingkan kamu, aku malu kalau sampai sekarang masih suka mengeluh, padahal kenyataannya perjuangan aku ngga ada apa-apanya"ucapku.

“Tatan cuma minta doanya dari teh Nina, biar Tatan sehat selalu, dikuatkan sama Allah” harapnya.

“Tanpa diminta juga selalu aku doakan yang terbaik, terimakasih ya, sudah menginspirasi aku” ujarku.

“Justru Tatan yang mengucapkan banyak terimakasih, karena teh Nina sudah bantu, sudah memberi kesempatan buat Tatan mengumpulkan uang”.

Aku hanya mengangguk, dan mengusap air mataku.

“Ya sudah teh, Tatan pulang dulu ke Garut, keburu magrib, assalamualaikum”.

“Waalaikumsalam, hati-hati Tan”.

---

Dejum, nama lengkapnya Dede Jumadi, dia adik tingkatku, dan aku mengenalnya sudah cukup lama di fisika, dia berhenti kuliah karena keterbatasan biaya, sempat ia ingin bergabung menjadi reseller @nikar_store, aku mempersilahkannya dengan suka cita. Pembicaraan kita hanya melalui Whatsapp.

“Tapi Nin, Dejum cuma bisa bantu jual dari jauh, dari Sukabumi, Dejum inginnya jual produk Nina cuma lewat online, dan hasil keuntungannya Dejum titip di rekening Nina, nanti kalo sudah terkumpul, uang itu mau Dejum pakai buat daftar SBMPTN” jelasnya.

“Iya ngga apa-apa Jum, ya sudah kalau begitu Nina juga mau bantu mengumpulkan uangnya buat Dejum, setiap kali Dejum jual produk, aku kasih diskon”.

“Alhamdulillah, terimakasih banyak ya Nin semoga @nikar_store semakin barokah”.

“Aamiin, insya Allah”.

Lihat selengkapnya