Sedih Itu Menyehatkan Jiwa
Perasaan sedih biasanya disebabkan kekecewaan terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. Kesedihan seperti itu wajar selama tidak berlebihan. Larut dalam kesedihan yang tidak diperbolehkan. Sedih dalam waktu sesaat bisa menyehatkan jiwa. Sebab, keluarnya rasa sedih di hati dapat menjadi jalan pelepas kekecewaan yang membuncah. Tekanan hati karena perasaan sedih bisa mengganggu kesehatan. Stres (rasa tegang) di hati karena munculnya rasa sedih, bahkan dalam wujud menangis mengeluarkan air mata, bisa menurunkan ketegangan hati. Dengan demikian, kesedihan bisa menyehatkan jiwa yang sebelumnya mengeras.
Apalagi bila kesedihan itu karena penyesalan atas kelalaian atau kesalahan masa lalu. Kesadaran akan kekeliruan atau dosa justru akan membawa pada kesehatan jiwa. Ya, kehidupan yang berlebihan, yang happy dan hura-hura, tampak membahagiakan. Namun, sesungguhnya itu merupakan proses yang merusak kesehatan jiwa.
Pasangan kesedihan adalah kegembiraan. Namun, kegembiraan yang berlebihan juga bisa membuat lupa diri dan lalai. Orang yang lalai dan hura-hura biasanya lupa diri, sehingga perbuatannya banyak menzalimi diri sendiri. Contohnya, orang yang menghambur-hamburkan uang, hidup serbabebas, dan mengumbar nafsu syahwat. Karena merasa hidup untuk dinikmati, biasanya orang tersebut mengisinya dengan perbuatan yang dapat merusak badannya, seperti mengonsumsi khamar (zat yang bisa merusak badan, syaraf, serta jiwa).
Rasa kesal, marah, dan kecewa yang berlebihan bisa membahayakan kesehatan, terutama kesehatan jiwa. Bahkan, perasaan kesal atau sedih yang tidak pada tempatnya bisa mengganggu kesehatan secara fisik.
Sepertinya tidak ada hubungan antara gangguan secara psikologis dengan kesehatan badan. Namun, pengalaman yang saya rasakan semakin meyakinkan bahwa kondisi psikologis (jiwa) seseorang berhubungan langsung dengan kesehatan fisiknya.
Ini kisah yang pernah saya alami setahun yang lalu.