Bersua di Jannah-Nya

Rahmah Athaillah
Chapter #11

Jalan Setiap Insan

Hari Ahad.

Seharusnya hari ini menjadi hari libur bagi Nisa dan lainnya. Namun, demi mewujudkan kesuksesan dalam acara perpisahan sekolah. Hampir seluruh kelas akhir Madrasah Aliyah tersebut, berangkat ke sekolah untuk menyelesaikan suatu project. Karena lusa, merupakan hari yang akan menjadi kenangan tersendiri bagi Nisa dan angkatannya, hari perpisahan dengan guru-guru dan sekolah tersebut. Rencananya aka nada beberapa penampilan dari angkatan tersebut, serta surprise untuk guru-guru yang sudah berjasa dalam mendidik mereka selama tiga tahun ini.

Nisa berpapasan dengan Husna di persimpangan jalan. Husna yang biasanya diantar oleh kakaknya, memilih untuk berjalan kaki ke sekolah, bilang jika sekali-sekali ia ingin berjalan kaki menuju sekolahnya.

“Tumben jalan kaki?” Nisa terkejut ketika berpapasan dengan Husna.

“Biar sehat,” jawabnya singkat.

Nisa mengangkat bahunya. Keduanya pun beriringan menuju sekolah yang hanya tinggal berjarak 200 meter lagi.

Hampir seluruh angkatannya telah hadir kala itu, lima menit lagi, peserta dari penampilan akan segera latihan. Sedangkan yang terpilih menjadi panitia dalam acara tersebut, segera merapat untuk memantapkan persiapan acara.

Husna menuju ruang latihan yang berada di samping aula, ia tengah mengikuti latihan paduan suara. Sedangkan Nisa merapat dengan panitia yang lain, kepanitiaan kali ini ia tengah terpilih menjadi bagian perlengkapan.

Rapat kali itu, diadakan lebih cepat dari biasanya. Setelah ini, mereka harus kembali menata panggung serta mengecek peralatan lain yang masih harus dipersiapkan. Dekor-dekor pun belum dipasang, meskipun masih memiliki waktu esok hari untuk menyelesaikan berbagai property yang dibutuhkan, namun, mereka memilih untuk menyicilnya sejak hari ini. Agar esok tinggal melengkapi kekurangan saja.

Ketua panitia memutuskan untuk mengadakan fitting panggung hari ini. Lusa akan menjadi hari yang bersejarah bagi mereka, saat-saat harus berpisah dengan satu angkatan yang telah berjuang bersama selama tiga tahun terakhir.

:::::

Persiapan acara baru selesai sebelum adzan dzuhur berkumadang. Sebagian memilih untuk langsung pulang, tim editor serta beberapa panitia lain masih menetap di sekolah, meyelesaikan beberapa urusan yang harus diselesaikan saat itu juga.

Urusan Nisa sudah selesai, ia pamit pulang terlebih dahulu. Memilih untuk menunaikan sholat dzuhur di rumah. Membantu bulek yang tengah menyelesaikan pesanan kue yang cukup banyak.

Benar saja, sesampainya di rumah. Bulek tengah memasukan beberapa adonan kue yang telah dimasukkan ke Loyang untuk dikukus di dalam panci. Hari ini, pesanannya cukup banyak. Tetangga yang tinggal di desa sebelah, memesan lima macam kue untuk acara pengajiannya hari ini.

Nisa cekatan membantu bulek, memindahkan sebagian bolu kukus yang telah matang, untuk dipotong sesuai takaran. Nisa memotongnya secara perlahan, belum seperti kemampuan bulek yang bisa memotong bolu dengan begitu cepat, namun potongannya akan tetap terlihat rapi.

Setelah itu, Nisa mengambil plastik untuk membungkus bolu kukus yang telah dipotong-potong tersebut.

“Acaranya lusa kan Nis?” tanya bulek.

Nisa mengangguk. “Bulek bisa datang kan?”

“Insya Allah,” Bulek menarik kursi disampiug Nisa, ikut memasukan bolu kukus yang tengah dipotong ke dalam plastik.

“Bulek..”

“Ya..”

Nisa menatap bulek sesaat, bulek tak menyadari jika Nisa menatapnya.

Nisa menghela nafas. “Lulus Aliyah nanti, Nisa ingin fokus untuk hafalan di yayasan tahfdiz terlebih dahulu, bulek.”

Bulek menghemtikan pekerjaannya, terdiam sesaat. “Kenapa?”

“Kenapa apanya bulek?”

“Kenapa nggak lanjut kuliah.”

“Insya Allah Nisa akan lanjut kuliah bulek. Tapi, setelah menyelesaikan hafalan Nisa terlebih dahulu.”

Bulek menghela nafas. “Untuk persyaratan beasiswa lagi?”

Lihat selengkapnya