Setelah pindah ke rumah baru, rasa cemas saya semakin menggunung. Meskipun lingkungan baru tampak menjanjikan, tetap saja ada rasa takut akan hal-hal yang tidak dikenal. Ketika hari pertama di SD Negeri 1 dimulai, saya merasakan ketegangan dalam dada. Sekolah ini berlokasi lebih dekat dengan rumah, tetapi saya tetap merasa tidak nyaman, khawatir akan nasib saya di tempat yang baru ini.
Saat memasuki gerbang sekolah, suasana ramai membuat saya merasa kecil. Anak-anak tertawa dan bercanda, sementara saya hanya bisa berdiri terpaku, merasakan perbedaan yang mencolok dengan lingkungan sebelumnya. Saya berharap bisa segera menemukan teman, tetapi perasaan cemas itu menghantui saya. Saat itu, saya ingat betapa menyedihkannya ketika saya harus menahan diri dari bullying yang pernah saya alami di sekolah lama.
Di dalam kelas, saya duduk sendiri, berusaha menyerap pelajaran yang diajarkan. Namun, saat pelajaran berlangsung, pandangan saya sering kali beralih ke teman-teman sekelas yang tampak akrab satu sama lain. Saya ingin sekali bisa terhubung dengan mereka, tetapi rasa takut untuk mendekati mereka membuat saya mundur.
Hari-hari pertama berjalan lambat. Saya masih berjuang dengan pelajaran yang terasa sulit dan berusaha mengatasi rasa cemas. Suatu hari, ketika saya sedang duduk sendirian di bangku taman saat jam istirahat, seorang anak mendekati saya. Dia memiliki senyum yang ramah dan tampak percaya diri. “Hey, namaku Riko. Kamu baru di sini, kan?” tanyanya dengan nada ceria.
Senyum Riko membuat hati saya terasa hangat. “Iya, aku Andhika,” jawab saya pelan. Riko kemudian mengajak saya bermain sepak bola dengan beberapa teman lainnya. Momen itu menjadi titik awal dari persahabatan yang tak terduga. Saya merasakan rasa memiliki yang baru, sesuatu yang sangat saya rindukan setelah pengalaman buruk di sekolah sebelumnya.
Setelah beberapa minggu bergaul dengan Riko, saya semakin merasa nyaman. Kami sering belajar bersama dan melakukan tugas kelompok. Riko adalah anak yang cerdas, dan dia selalu siap membantu ketika saya kesulitan memahami pelajaran. Suatu ketika, saat belajar Matematika, saya mengalami kesulitan dengan soal pecahan. Riko tidak hanya menjelaskan dengan sabar, tetapi dia juga membuat pelajaran itu menyenangkan dengan menggunakan contoh yang mudah dipahami.