Dengan setiap langkah yang saya ambil di SD Negeri 1, saya merasakan semangat baru yang mengalir dalam diri saya. Riko dan saya semakin dekat, dan hubungan kami tidak hanya terbatas pada belajar bersama. Kami berbagi cerita, mimpi, dan terkadang, kesedihan. Namun, di balik setiap tawa, ada kenangan pahit yang tidak bisa diabaikan.
Hari-hari di sekolah berjalan lebih baik, tetapi bayang-bayang masa lalu masih menyimpan jejak. Saat kami merayakan keberhasilan di lomba cerdas cermat, saya merasa bangga. Namun, perasaan itu hanya sesaat, karena di sekolah, ada beberapa teman sekelas yang masih sulit menerima saya. Beberapa dari mereka kadang masih mengejek penampilan saya, terutama saat saya mengenakan baju yang sudah sedikit usang.
Di tengah situasi itu, Riko selalu ada untuk memberi dukungan. “Andhika, jangan pedulikan mereka. Mereka hanya iri dengan keberhasilan kita,” katanya dengan keyakinan. Kalimat sederhana itu memberikan saya semangat baru untuk terus melangkah. Meskipun sulit, saya berusaha untuk tidak membiarkan kata-kata mereka menghancurkan kepercayaan diri yang telah saya bangun.
Waktu berlalu, dan saya mulai menemukan rutinitas baru. Setiap hari, saya berangkat sekolah dengan semangat, dan pulang dengan membawa pelajaran berharga. Riko dan saya sering melakukan perjalanan pulang bersama, berbagi cerita dan tawa. Kami juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dari olahraga hingga seni. Semua itu membantu kami mengasah bakat dan keterampilan, serta memperkuat persahabatan kami.
Suatu hari, sekolah mengadakan acara pentas seni. Riko dan saya memutuskan untuk tampil bersama dalam pertunjukan drama. Kami berlatih selama berbulan-bulan, menyiapkan segala sesuatunya dengan penuh semangat. Riko mengambil peran utama sebagai pahlawan, sementara saya berperan sebagai sahabatnya. Kami tertawa dan bercanda selama latihan, merasakan kebersamaan yang semakin erat.