Bertahan di tengah langkah

Andhika Tulus Pratama
Chapter #10

Bab 10: Koneksi dengan Alicia

Hari-hari di SMP semakin cerah, dan saya mulai merasakan kenyamanan di lingkungan baru ini. Selain Riko, saya juga menjalin hubungan baik dengan teman-teman lain di kelas, termasuk seorang gadis bernama Alicia. Dia adalah sosok yang ceria, selalu punya senyuman yang bisa membuat siapa pun merasa lebih baik. Namun, di balik senyumnya, saya merasakan sesuatu yang lebih dalam—sebuah ketertarikan yang perlahan tumbuh di dalam hati saya.


Satu hari, saat istirahat, saya melihat Alicia sedang duduk sendirian di bangku taman. Saya ingat saat itu saya merasa ingin mengajaknya berbicara. Riko yang menyadari kebimbangan saya menepuk punggung saya dan berkata, “Ayo, Andhika! Coba dekati dia!”


Jantung saya berdebar saat saya melangkah mendekati Alicia. “Hai, Alicia. Boleh duduk di sini?” tanya saya dengan suara yang sedikit bergetar.


“Tentu saja, Andhika!” jawabnya sambil tersenyum lebar.


Percakapan kami mengalir dengan mudah. Kami berbagi cerita tentang sekolah, hobi, dan impian kami. Saya merasa nyaman dan senang berbicara dengannya. Setiap tawa dan senyumnya seakan membuat dunia menjadi lebih cerah. Saya merasa terhubung dengan Alicia, lebih dari sekadar teman biasa.


Selama beberapa minggu ke depan, saya mulai lebih sering berbicara dengan Alicia. Kami bertukar pesan di grup kelas dan sesekali bertemu di taman saat istirahat. Riko melihat kedekatan kami dan mulai menggoda saya, “Eh, Andhika, jangan-jangan kamu jatuh cinta ya?”


Saya tersipu mendengar lelucon Riko, namun di dalam hati, saya tahu bahwa perasaan itu bukan sekadar candaan. Saya mulai menyukai Alicia lebih dari sekadar teman. Namun, ada satu hal yang mengganjal di benak saya: saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan saya padanya.


Suatu sore, saat kami duduk di kelas setelah pelajaran selesai, Alicia tiba-tiba menatap saya. “Andhika, ada yang ingin aku katakan,” katanya dengan serius.


Jantung saya berdegup kencang. “Apa itu, Alicia?”


Dia menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “Aku… aku suka sama kamu.” Detak jantung saya seakan berhenti sejenak. Dalam hati, saya merasakan perasaan campur aduk antara bahagia dan bingung. Saya tidak siap untuk menghadapinya.

Lihat selengkapnya