Tahun ajaran baru dimulai, dan saya merasa lebih bersemangat untuk menghadapi tantangan baru. Bersama Alicia dan Riko, kami menjalin kerja sama yang solid. Kami sering belajar bersama, berbagi catatan, dan saling memotivasi. Kebersamaan ini memberi saya kekuatan untuk terus berusaha mencapai impian.
Namun, di tengah perjalanan itu, tantangan baru datang menghampiri. Sekolah kami mengadakan lomba sains tingkat regional, dan saya merasa terdorong untuk berpartisipasi. Namun, saat saya mendaftar, saya menyadari bahwa persaingan di luar sana sangat ketat. Banyak siswa dari sekolah-sekolah terkenal yang memiliki fasilitas dan sumber daya yang lebih baik. Keraguan mulai menggerogoti saya.
“Apakah kamu yakin ingin ikut lomba ini, Andhika? Persaingannya pasti sangat ketat,” tanya Riko dengan nada khawatir.
“Saya harus mencoba, Riko. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri saya dan mengukur kemampuan saya,” jawab saya, berusaha meyakinkan diri sendiri.
Setelah mendaftar, saya memulai persiapan dengan tekun. Saya menghabiskan berjam-jam di perpustakaan, mencari informasi dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Namun, meski telah berusaha keras, rasa cemas tetap menghantui saya. Setiap kali saya melihat teman-teman sekelas mempersiapkan diri dengan lebih baik, saya merasa semakin kecil.
Satu malam, setelah belajar sendirian hingga larut malam, saya mendapat pesan dari Alicia. “Andhika, bagaimana persiapanmu untuk lomba? Jangan terlalu stres, ya! Kamu pasti bisa.”
Pesan itu memberi saya semangat baru. Saya membalasnya, “Terima kasih, Alicia. Saya berusaha, tapi kadang merasa tidak cukup baik.”