Setelah ujian akhir yang melelahkan, saya merasa seolah dunia ini terbuka lebar. Hasil ujian akan diumumkan dalam beberapa minggu, dan saya tidak bisa menahan rasa cemas yang terus menghantui. Setiap malam, saat saya berbaring di tempat tidur, pikiran tentang nilai dan hasilnya terus muncul. Apakah semua usaha saya akan terbayar? Apakah saya cukup baik untuk melanjutkan cita-cita saya?
Hari-hari berlalu dengan lambat. Saya mencoba mengalihkan perhatian dengan aktivitas lain, seperti membantu orang tua di rumah dan berkumpul bersama teman-teman. Namun, rasa cemas itu terus membayangi. Ketika akhirnya hari pengumuman tiba, saya merasa seperti bom waktu yang siap meledak.
Teman-teman saya, termasuk Alicia dan Riko, berkumpul di sekolah. Semua orang terlihat bersemangat dan tegang. Ketika pengumuman dimulai, jantung saya berdegup kencang. Nama-nama yang dipanggil satu per satu memberikan gelombang emosi yang tak terlukiskan. Ketika nama saya disebut dan nilai saya diumumkan, sebuah perasaan campur aduk muncul dalam diri saya.
“Akhirnya, semua usaha ini terbayar,” kata Riko dengan senyum lebar, menepuk punggung saya. “Kita berhasil!”
Namun, dalam keramaian itu, saya juga merasakan ketidakpastian. Nilai-nilai yang tinggi terasa seperti harapan yang telah saya capai, tetapi di dalam hati, saya merasa bahwa saya belum sepenuhnya siap untuk melangkah lebih jauh.
Hari-hari setelah pengumuman itu adalah waktu yang penuh refleksi. Saya merenungkan semua yang telah saya lalui, dari perjalanan jauh ke sekolah hingga pertemanan yang telah terbentuk. Saya merasa terinspirasi untuk berkontribusi lebih banyak dalam komunitas, dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua dan diri sendiri semakin menggebu.