Hari-hari di kelas dua belas semakin mendekatkan saya pada cita-cita yang telah saya impikan sejak lama: menjadi anggota TNI. Momen ini adalah puncak dari semua usaha dan perjuangan yang telah saya lalui. Setiap detik yang saya habiskan untuk belajar, berlatih, dan berjuang, kini semakin mendekatkan saya pada impian itu. Namun, saya tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah.
Saat informasi mengenai pendaftaran TNI dibuka, hati saya berdebar. Rasa cemas dan antusiasme bercampur aduk. Saya segera mencari tahu segala sesuatu tentang proses pendaftaran—syarat, jadwal, dan tahapan-tahapan yang harus dilalui. Saya berdiskusi dengan teman-teman yang sudah memiliki pengalaman, dan mendengarkan cerita mereka membuat saya semakin termotivasi.
Saya juga mulai merancang jadwal latihan fisik yang ketat. Saya ingin mempersiapkan diri secara maksimal untuk tes fisik yang pasti akan menguras tenaga. Setiap pagi, saya berlari sejauh mungkin, meningkatkan jarak tempuh saya secara bertahap. Latihan fisik ini bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga membangun mental yang kuat. Saya tahu bahwa ketahanan fisik dan mental akan sangat berpengaruh saat menjalani ujian.
Namun, ada satu tantangan besar yang harus saya hadapi: penyakit varises yang saya derita. Rasa sakit di kaki kadang-kadang muncul tiba-tiba, dan saat itu saya merasa seolah-olah segala usaha saya sia-sia. Saya merasakan ketidakpastian yang menghantui saya—apakah saya masih bisa menjalani semua tes yang akan datang?
Saya berdoa kepada Tuhan agar diberikan kekuatan dan kesembuhan. Saya ingin menunjukkan kepada orang tua saya, terutama ibu yang telah berkorban banyak untuk saya, bahwa semua pengorbanan itu tidak akan sia-sia. Setiap kali rasa sakit datang, saya menegaskan pada diri sendiri bahwa ini adalah bagian dari proses. Saya harus melanjutkan perjuangan ini demi impian saya dan orang-orang yang saya cintai.