Malam itu, setelah seharian menjalani latihan yang melelahkan, aku terbaring di ranjang asrama dengan tubuh terasa berat. Setiap otot seolah-olah berteriak lelah, dan pikiranku mulai merasuk ke dalam keheningan. Namun, di balik lelahnya tubuhku, ada satu hal yang tak pernah bisa hilang dari pikiranku: kenangan tentang nenek. Keberangkatanku ke TNI, sejauh ini, adalah sebuah perjalanan yang berat. Bukan hanya karena latihan fisik yang keras, tapi juga karena aku harus menempuhnya tanpa kehadiran sosok yang paling berarti bagiku.
Dalam keheningan malam, aku mencoba memejamkan mata. Meski tubuhku kelelahan, pikiranku terus saja berputar, mengingat semua momen bersama nenek yang kini hanya bisa kusimpan dalam ingatan. Rindu yang mendalam mulai mengalir pelan-pelan, mengisi ruang hatiku yang kosong. Perlahan, aku terlelap, dan dalam dunia mimpiku, sosok nenek muncul, seakan menjawab kerinduanku.
Aku mendapati diriku berada di sebuah taman yang begitu indah dan penuh kedamaian. Taman itu dipenuhi bunga-bunga berwarna-warni, seolah setiap bunga menyimpan cerita indah dari masa lalu. Sinar matahari yang lembut menyinari setiap sudut taman, membuat suasana terasa hangat dan nyaman. Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, menggerakkan dedaunan dan bunga-bunga, seolah menyambut kehadiranku.
Di tengah taman itu, aku melihat sosok yang sangat kukenal. Nenek. Dia duduk di sebuah bangku kayu, mengenakan kebaya kesukaannya yang selalu ia pakai pada momen-momen spesial. Senyum yang begitu hangat dan penuh kasih sayang terpancar dari wajahnya, senyum yang selalu membuatku merasa tenang dan dicintai. Aku tak bisa menahan diriku. Tanpa berpikir panjang, aku berlari ke arahnya.
"Nenek!" seruku dengan suara yang hampir tercekat oleh emosi. Aku mendekapnya dengan erat, merasakan kehangatan yang begitu nyata, seolah nenek benar-benar ada di sana. Aroma khas tubuhnya yang selalu memberiku rasa aman dan nyaman kini memenuhi hidungku, membuatku merasa seakan semua kenangan indah bersamanya kembali hidup dalam mimpiku.
Nenek menatapku dengan senyumnya yang penuh kebijaksanaan. "Nak, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut, dengan suara yang sarat kasih sayang. Aku menatap matanya, mata yang selalu memancarkan ketulusan dan kekuatan, mata yang bisa membuat semua beban terasa lebih ringan.