Mall selalu dipenuhi keramaian, suara tawa anak-anak, dan bunyi derap langkah sepatu yang berlalu-lalang. Namun, di tengah semua itu, aku merasa seolah berada di dunia yang sunyi. Setiap orang yang kutemui tampak berbahagia, tetapi aku terjebak dalam kegelapan perasaanku sendiri. Rasa cemas menghantui setiap langkahku, membawaku ke arah yang tidak pasti.
Aku mencari-cari sosok Alicia di antara kerumunan orang. Wajah-wajah asing berlalu-lalang di depanku, tetapi tidak satu pun dari mereka tampak akrab. Hati ini berdebar-debar, berharap melihat wajah yang sudah begitu lama tidak ku lihat. Setelah berkeliling cukup lama, aku melihatnya. Namun, hatiku terasa hancur ketika melihatnya berdiri di depan sebuah toko, tertawa dan berbincang dengan seorang cowok yang tidak aku kenal.
Melihat kedekatan mereka, hatiku mendadak tercekat. Semua kenangan indah bersamanya terlintas dalam pikiranku, seakan-akan mengingatkanku betapa bahagianya aku saat bersamanya. Dalam sekejap, semua itu sirna. Rasa sakit dan cemburu menyatu, membuatku ingin berteriak. Bagaimana bisa semuanya berubah secepat ini? Mengapa dia tidak memberitahuku?
Dengan tekad, aku berusaha menghampiri mereka. Namun, setiap langkah terasa berat, seolah beban di hatiku menghalangiku. Ketika aku semakin dekat, cowok itu menyadari kehadiranku dan tersenyum sinis. Hatiku bergetar. “Alicia!” seruku, berusaha menjaga nada suaraku tetap tenang meskipun di dalam hatiku bergolak perasaan cemas dan marah.