Hari-hari setelah kekecewaan yang mendalam itu terasa berjalan lambat. Meski aku berusaha bangkit dan menjalani hidup, rasa sepi dan kesedihan masih membayangi. Setiap kali aku melihat teman-teman yang saling berbagi cinta, hatiku bergetar. Keberadaan Alicia yang kini bersanding dengan orang lain membuatku merasa seolah-olah kehilangan bagian dari diriku. Namun, di tengah kegalauan ini, ada satu sosok yang selalu hadir dalam ingatanku: nenekku.
Setiap malam, sebelum tidur, aku sering teringat akan sosok nenek yang penuh kasih sayang. Dia adalah orang yang selalu ada di saat-saat sulitku. Kenangan-kenangan manis bersamanya kembali muncul dalam pikiranku, memberi kehangatan di tengah kegelapan. Nenekku bukan hanya seorang nenek; dia adalah sahabatku, penasihatku, dan sumber inspirasiku.
Aku teringat pada satu momen ketika aku masih kecil. Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, aku duduk di pangkuan nenek di beranda rumah. Kami menikmati sepotong kue yang dia buat sendiri. "Nek, kenapa kue ini enak sekali?" tanyaku, sambil mengunyah dengan lahap. Nenek tertawa lembut, "Karena dibuat dengan cinta, sayangku. Cinta adalah bahan rahasia yang membuat segalanya menjadi lebih manis."
Setiap kali aku merasa kesepian atau kecewa, ingatanku tentang kata-kata nenek selalu membangkitkan semangat. Cinta yang dia berikan padaku tak pernah pudar, bahkan setelah kepergiannya. Dia selalu mengajarkan bahwa hidup ini penuh dengan tantangan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita meresponsnya. Nenekku selalu percaya bahwa setiap kesulitan memiliki pelajaran berharga yang dapat kita ambil.
Saat aku merenung di sudut kamarku, aku membayangkan wajah nenek yang selalu berseri-seri. Kenangan-kenangan bersamanya menjadi oasis di tengah padang pasir kehidupanku. Aku teringat saat kami pergi ke pasar bersama. Dia mengajakku memilih sayuran segar dan menjelaskan pentingnya makanan sehat. "Kamu harus merawat tubuhmu, Andhika. Tubuh yang sehat akan membantumu menjalani hidup dengan lebih baik," ujarnya.