14 TAHUN KEMUDIAN...
"Lady, aku mencintaimu," Ungkap Thomas Brown setelah upacara kelulusan, "Terimalah aku."
Thomas Brown, putra tunggal pendiri grup YDN yang bergerak di bidang retail, separuh masa kuliahnya dihabiskan untuk memikat Bertilda. Dan tidak pernah berhasil hingga kelulusan seperti hari ini telah tiba.
Bertilda melangkah keluar dari gedung kelulusan, ia melepas toga dan membiarkan tubuhnya disiram cahaya matahari. Langkahnya terhenti saat Thomas menyodorkan buket bunga mawar berwarna merah ke arahnya, decak kagum beberapa mahasiswa yang melihat kejadian tersebut pun mulai terdengar di sana-sini. Bertilda tersenyum dengan anggun, ia meraih buket bunga mawar dari Thomas.
"Mawar yang sangat indah Brown, thanks," Ujar Bertilda, "Tapi aku akan menerimanya sebagai hadiah upacara kelulusan, maafkan aku."
Thomas bergeming, seperti hari-hari biasa yang telah berlalu, pria itu bergeming dan menatap punggung Bertilda yang berlalu begitu saja. Gumaman penuh rasa kecewa kini terdengar di sekitarnya, seorang wisudawan lain menghampiri Thomas dan menepuk bahunya.
"Ayolah Brown, kau telah membuang masa kuliahmu begitu saja untuk Lady Bertilda," Ujar Edmund, "Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik."
"Dia yang terbaik Edmund."
Edmund menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku tahu, tapi dia tidak mencintaimu."
Thomas mengerang, "Tidak bisakah kau menghiburku kawan, tolong jangan kau perjelas bagian itu."
Edmund terkekeh, dengan mantap ia merangkul bahu Thomas dan melontarkan beberapa kelakar yang akhirnya membuat Thomas berhasil tertawa terbahak-bahak.
"Ayo kita rayakan sekaligus di The Mainners malam ini." Ajak Edmund.
"Aku setuju, kamu memang yang terbaik Ed."
Patah hati yang Thomas alami berulang kali, akan menjadi terlalu istimewa untuk diratapi.
***
Dr. Paine menyelesaikan prosedur terakhir untuk Bertilda, memastikan tidak ada yang terlewat karena pelanggannya yang satu ini begitu teliti dibandingkan dengan pasiennya yang lain.
"Yak, sudah selesai lady," Ujarnya kemudian, "Kamu bisa bangun sekarang."
Bertilda bangkit, hal yang ia butuhkan saat ini adalah cermin. Cermin di seberang ruang tindakan memantulkan bayangan dirinya, perlahan Bertilda mengusap wajahnya untuk memastikan hasil bio rejuvenation yang dikombinasikan bersamaan terapi stem cell oleh Dr. Paine.
"Tunggu, aku akan mengoleskan jeli untuk memproteksi kulitmu."
"Aku rasa tidak perlu Dr. Paine." Tolak Bertilda.
"Percayalah, asap rokok dan segala bentuk debu di The Mainners tidak akan baik untuk kulitmu setelah menjalani perawatan seperti ini"
Bertilda mengangguk, kemudian tersenyum dan mencondongkan wajahnya pada Dr. Paine yang kini sudah berada di hadapannya membawa spatula.