Derreck Blackton, lahir di York sekitar tiga abad yang lalu, keluarganya merupakan pebisnis sukses pada masanya. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, Derreck sendiri dikenal sebagai pelahap untung setelah hidup mandiri karena kepiawaiannya dalam berbisnis. Derreck bukan seorang pria dari kalangan bangsawan, tetapi ia dikenal banyak bangsawan karena kesuksesan yang ia raih. Penjualan kain ke dalam dan ke luar negeri merupakan sumber kekayaan utama Blackton, kain-kainnya digilai segala kalangan pada saat itu. Di usianya yang ke- 31, Derreck Blackton memutuskan untuk menikahi seorang wanita bernama Alaina George. Dari pernikahan tersebut mereka dikarunia empat anak laki-laki. Keempat anak itu dididik sebagai seorang Blackton hingga mereka tumbuh mengikuti jejak sang ayah sebagaimana Derreck muda terdahulu.
Blackton Land, demikianlah tanah milik Blackton terdaftar sah secara hukum. Blackton Land membentang dari Poplar hingga tepian Sungai Ouse, bahkan jalanan di area itu diberi nama Blackton St. Sepanjang Balckton St. para pengguna jalan bisa melihat sebuah bangunan yang terbuat dari batu sabak hitam mengilap dari balik pagar semak yang mengelilingi tempat itu, bangunan tersebut merupakan rumah utama Blackton. Rumah Blackton memiliki 27 kamar tidur, 22 kamar utama dan 5 sisanya merupakan kamar tamu. Mereka tinggal di sana dari generasi ke generasi. Lahir, tumbuh dewasa, menikah, memiliki keturunan, menikmati hari tua, hingga menghembuskan sisa napas terakhir di kemudian hari di sana, rumah itu adalah hidup dan mati Blackton.
Meskipun megah, namun rumah Keluarga Blackton adalah rumah klasik yang sangat sederhana dengan sentuhan lugas dan tidak berbeda dengan rumah-rumah pada umumnya. Terdapat garasi di pada sayap kiri bangunan, sedangkan pada sayap kanan dibangun sebuah rubanah kaca. Rubanah tersebut hanya digunakan oleh anggota keluarga yang menyukai tanaman atau bercocok tanam, setiap musim semi mereka merayakan upacara minum teh di dalamnya. Selain tempat-tempat dengan fungsi yang disebutkan, konon dalam rumah utama terdapat ruang bawah tanah milik Balckton, dimana mereka menyimpan koleksi-koleksi kain bernilai tinggi.
Jika menyusuri Blackton St dari arah Sungai Ouse kemudian berbelok ke kanan dari Poplar menuju Water End, semua orang bisa melihat 5 rumah kecil dibangun bersebelahan menyerupai mes di belakang rumah utama. Rumah-rumah itu adalah fasilitas untuk para pekerja di Blackton Land, para pelayan Blackton tinggal di tempat itu bersama keluarga masing-masing. Pada akhirnya, anggota keluarga pelayan Blackton juga ikut mengabdikan diri pada mereka.
Menjadi bagian dari Blackton Land terlihat membahagiakan dan menjanjikan. Namun, kehidupan punya banyak sisi yang tidak bisa dihindari, termasuk oleh Blackton sekali pun.
***
Pagi di musim semi, saat itu cuaca cukup dingin, terdengar tangis bayi di rumah Keluarga Blackton. Seorang Blackton kecil yang cantik telah lahir dari pasangan Ramsey dan Clare.
Ramsey mondar-mandir di depan pintu kamar, ia merasa justru merasa cemas saat suara Clare mendadak menghilang setelah tangisan terdengar. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, Diane keluar mengabarkan berita yang Ramsey tunggu-tunggu.
"Selamat Mr, seorang anak perempuan cantik."
Ramsey terdiam sejenak, untuk sesaat seluruh kebahagiaannya terasa hampa, kemudian suara Diane kembali terdengar.
"Mr Blackton?"
Ramsey menatap Diane sekilas, kemudian saat perhatiannya teralih pada wajah Clare yang tetap cantik walaupun terlihat kelelahan, senyum hangat mengulas pada wajahnya. Ramsey masuk dan memberikan pelukan untuk istrinya, ia merasa lega melihat istrinya tersenyum lemah padanya.
"Selamat Mr Blackton, seorang anak perempuan cantik dan sehat."
"Terima kasih, terima kasih atas bantuannya!"
Berulangkali Ramsey menjabat tangan dokter yang telah membantu persalinan pertama istrinya, hingga Diane mengantarkan pria tersebut menuju pintu keluar.
"Lihat anak kita sayang," Suara Clare terdengar agak parau, "Dia sangat cantik."
Ramsey tersenyum, ia mengelus pipi putrinya yang masih sangat lembut. Tangan bayi kecil itu bergerak-gerak seolah berusah meraba jari-jari Ramsey, dalam hitungan detik dadanya dipenuhi kehangatan. Kedua kelopak matanya nyaris penuh, pandangan Ramsey menjadi sedikit nanar.
"Ramsey?"
"Ah, aku hanya merasa bahagia sampai terasa sesak."
Clare menitikkan air mata, "Maafkan aku."
"Tidak, tidak..." Ramsey mengelus kepala isrtinya.
Setelah delapan tahun pernikahan, akhirnya mereka di karuniai keturunan yang selama ini dinanti-nanti. Ramsey adalah keturunan Blackton terakhir, ia hampir mengubur harapannya dalam-dalam menantikan kehadiran seorang anak dari Clare. Sempat ia terpikir untuk mengangkat seorang anak laki-laki yang akan tumbuh dengan sehat, kuat dan siap untuk dididik sebagai penerus Blackton Land, namun ia urungkan karena merasa belum mampu berhadapan dengan Clare.
"Ramsey, apakah kamu sudah menyiapkan nama untuknya?"
"Tentu," Sahut Ramsey spontan, "Luke? Axton? Sean?"
Dahi Ramsey kini berkerut teringat yang terlahir adalah bayi perempuan.
"Ramsey, anak kita seorang perempuan mungil yang akan tumbuh menjadi wanita Blackton yang mengagumkan."
"Ah, maaf, aku hanya masih memikirkannya sebelum memberitahukannya padamu Clare." Kilah Ramsey.
"Benarkah?"
"Hmmmm, dia sangat cantik sepertimu Clare, lahir di musim semi yang cukup dingin," Jelas Ramsey, "Bagaimana jika kita beri nama Bertilda?"
"Oke, Bertilda," Gumam Clare sembari menyentuh hidung mungil bayi kecil itu, "Mulai sekarang namamu adalah Bertilda Blackton."