BERTILDA BLACKTON

Huning Margaluwih
Chapter #2

MELANCHOLY

Selang sepuluh bulan sejak pesta kelahiran Bertilda diadakan, Clare lebih sibuk dengan segala macam kebutuhan bayi itu. Meski pun ada Dian, Cherryl dan Abby yang bisa diandalkan kapan saja ia mau, Clare lebih memilih untuk mengurus Bertilda secara mandiri. Sejak kecil Clare telah dididik untuk bisa memasak, membersihkan rumah, merawat anggota keluarga serta sekelumit pekerjaan wanita di dalam rumah yang tidak akan ada habisnya. Tak jarang Clare sering kelelahan dan melewatkan banyak hal yang terjadi di sekitarnya, termasuk apa pun itu terkait Ramsey.

Malam ini Clare terbangun karena dadanya terasa sesak, perlahan matanya terbuka dan ia mendapati suasana remang-remang telah merubah warna kamarnya. Di sampingnya mendengkur seorang Blackton yang wajahnya terlihat sangat lelah, Ramsey. Pantas saja dadanya sesak, entah sejak kapan lengan Ramsey menimpa dadanya hingga ia kesulitan bernapas. Clare mengangkat lengan itu dan memiringkan tubuhnya sebelum memindahkan pelukannya ke bagian pinggulnya. Clare telusuri garis wajah Ramsey, ia bertanya-tanya dalam hati sejak kapan suaminya terlihat menua secepat ini.

Sepelan mungkin Clare menarik tubuhnya hingga turun dari ranjang agar tidak berderit, kemudian setelah menggelung rambutnya yang mulai terlihat tak terawat, Clare berjingkat membuka pintu di samping meja rias yang tembus menuju kamar Bertilda kecil mendengkur halus di ranjang bayinya.

Clare menguap, "Oh, aku kelaparan."

Tanpa membuang waktu wanita itu keluar dari kamar dan buru-buru menuju dapur. Dapur sudah gelap, pintu belakang sudah tertutup, dan Clare hanya menyalakan lampu yang berada di lorong depan dapur. Dalam keremangan cahaya Clare membuka setiap toples dan menyisir setiap rak dalam kulkas, syukurlah masih ada yang bisa ditemukan di sana.

"Aku malas sekali menghangatkannya," Gumam Clare kesal sambil menatap potongan pie daging yang ia ambil dari kulkas, "Ah, sudahlah, aku makan sereal saja."

Namun mendadak seseorang membuka pintu belakang dan menyalakan lampu dapur, "Ms Clare, apa yang kamu lakukan?"

Clare yang sempat ketakukan melihat bayangan di ambang pintu pun menjatuhkan pie daging beserta piringnya ke lantai, benda itu hancur berantakan.

"Jenggot Merlin!" Umpat Clare, "Apa yang kamu lakukan malam-malam di luar Abby!?"

Rupanya kemunculan Abby diikuti Diane dan Cherryl, ketiganya mengenakan gaun brokat hitam ketat sehingga membuat Clare benar-benar tercekat. Melihat kondisi menjadi kacau, Diane mengambil inisiatif untuk segera membereskan semua kotoran di lantai.

"Maaf Ms Clare, kami baru saja menyelesaikan rutinitas malam kami," Terang Diane sambil memberikan isyarat pada Cherryl dan Abby untuk menggantikannya membereskan kotoran di lantai, "Apakah anda terluka?"

Clare mencerna ucapan Diane dan merasa tercerahkan setelah melihat Cherryl meletakkan sebuah bungkusan kain gelap di lantai dekat pintu. Kain hitam itu memiliki simbol The Sigil Of Baphomet yang diobras rapi menggunakan benang berwarna putih, Clare pun mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sebagai LaVeyan, pelayan di Keluarga Blackton diverikan kebebasan untuk menjalankan kepercayaannya masing-masing selama tidak mengganggu pekerjaan dan menimbulkan masalah di Blackton Land. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas di malam hari demi kebaikan bersama. Clare menarik napas panjang dan kembali merasa tenang, ia bisa memaklumi perbuatan ketiga pelayannya yang tidak disengaja dan nyaris membuat jantung copot.

"Maafkan aku, aku sangat terkejut dan aku sangat lapar." Ujar Clare nelangsa.

"Saya yang minta maaf Ms Clare," Abby memandang Clare penuh rasa bersalah, "Saya akan menghangatkan pie daging baru."

"Thanks Abby."

Berhubung ada yang melayaninya, Clare menyerah dengan serealnya. Perhatiannya kembali pada Dianne yang selesai memastikan kakinya tak terkena pecahan kaca.

"Jam berapa Ramsey pulang hari ini?"

"Kurang lebih pukul tujuh malam Ms Clare," Jawab Diane, "Ah, dan Mr. Blackton melewatkan makan malamnya."

"Lagi?"

Cheryll meletakkan secangkir teh hangat di sisi Clare, kemudian ia membantu Abby.

"Sama seperti anda, aku harap mulai besok penghuni di rumah ini kembali makan dengan teratur."

Gerutu Diane tegas.

Sebagai kepala pelayan, bisa dibilang Diane seperti sosok ibu sejuta umat. Meski pun terkesan galak, sebenarnya ia hanyalah perawan tua yang sangat perhatian. Clare menghembuskan napas jika teringat pola makannya akhir2 ini, memang benar, baik ia mau pun Ramsey sering melewatkan jam makan dengan alasan 'sibuk dengan rutinitas masing-masing'.

Aroma pie daging yang telah dipanaskan menyebar di seluruh dapur, Cherryl meletakkan piring berisi pie di meja lalu memotong-motongnya sesuai kebiasaan Clare saat makan.

"Thanks Cherryl, kamu sangat perhatian."

"Abby akan membereskan semuanya setelah anda selesai makan Ms Clare, kami permisi." Ujar Diane mengajak serta kedua adiknya undur diri dari dapur.

Lihat selengkapnya