BERTILDA BLACKTON

Huning Margaluwih
Chapter #4

UNWANTED CHILD

Musim gugur ketika Bertilda berumur tujuh tahun, ia tumbuh menjadi gadis pendiam dan kesepian. Awal tahun ajaran baru keduanya di St Peter's, Clare sudah menerima surat pemberitahuan dari sekolah bahwa Bertilda sering bersikap aneh seperti melamun, tidak fokus, dan defensif. Sayangnya Clare sudah tidak perduli lagi terhadap kondisi keluarganya, terutama Bertilda. Sebab bagi Clare, Bertilda-lah penyebab semua mimpi buruk itu terjadi di Blackton Land. Sehingga Clare mengabaikan surat tersebut tanpa membagi informasi itu kepada Ramsey.

Di sekolah, sehari-hari Bertilda hanya melamun dan menggambar sesuatu di buku sketsa miliknya. Bertilda tidak mengijinkan siapa pun menyentuh buku itu, seolah buku itu adalah nyawanya. Pada jam istirahat terakhir, Bertilda bergeming di bangku kelasnya dan perhatiannya tertuju pada buku sketsa. Pensil warna ia biarlan berserak di meja, hingga seorang anak laki-laki datang mengambil salah satunya.

"Apa yang kamu lakukan Blue!?" Bertilda bangkit dan berusaha merebut benda itu dari tangan Blue, "Kembalikan!

Oliver Blue -teman sekelas Bertilda- adalah anak laki-laki yang beberapa kali berusaha mengajak Bertilda bermain. Alih-alih Bertilda menanggapi ajakan itu dengan baik, Oliver justru menerima aksi tutup mulut dan buang muka darinya.

"Kalau kamu mau bermain denganku, maka aku akan mengembalikannya padamu." Tolak Oliver seraya memutar benda itu di tangan berulang-ulang.

"Kubilang kembalikan!"

Bertilda berusaha meraih benda itu, tapi gerakan Oliver ternyata lebih gesit darinya.

"Ayolah, aku hanya ingin bermain denganmu Blackton."

Bertilda membuang mukanya, gadis itu kini kembali duduk dan menutup mulutnya.

"Blackton?" Desak Oliver, "Kalau kamu tidak mau, terpaksa aku akan menyita benda ini!"

Tanpa membuang waktu, Oliver berbalik dan berlari meninggalkan Bertilda seorang diri di dalam kelas. Bertilda menatap dingin punggung Oliver, entah apa yang sedang terjadi di dalam pikirannya saat ini. Siapa pun akan ragu jika tatapan itu adalah milik anak yang berusia tujuh tahun.

***

Matahari tidak segan menunjukkan dirinya, Ramsey dan Clare duduk menikmati jamuan di taman Keluarga Langley. Mereka menikmati angin musim gugur di bawah pohon ek legendaris Langley yang dirawat secara eksklusif beberapa ratus tahunterakhir secara turun-temurun.

"Sungguh aku merasa aneh dengan jamuan ini," Kekeh Dilon, "Kenapa kalian memilih soda dibandingkan Cider atau Apple Pie Punch?"

"Seperti yang kamu tahu Dilon," Ramsey mengusap mulutnya, "Diane, kepala pelayan keluarga kami begitu cerewet, kamu tidak akan bisa menemukan soda kecuali saat ada pesta."

"Hanya dengan menyesap soda lemon ini aku menjadi bersemangat," Tambah Clare, "Bagaimana kalau Frans kami rekrut untuk menjadi koki di Blackton Land?"

Dilon terkekeh, "Percayalah, salad, pie dan soda lemon yang Frans suguhkan tidak menjamin masakannya lebih nikmat dari pelayan Blackton."

"Tentu saja Dilon," Imbuh Ramsey, "Clare, istriku, tidak akan salah dalam menilai seseorang dari masakannya."

Dilon masih terkekeh, meski pun merasa aneh -lemon soda buatan Frans- tetap ia minum hingga tandas.

"Lakukan apa pun yang kalian mau," Dilon mengulas senyum, "Sebaiknya kita langsung membahas tujuanku mengundang kalian kemari."

"Tentu saja, kami siap mendengarnya kapan pun."

Lihat selengkapnya