Suasana di Blackton Land tetap berjalan seperti biasa, tidak ada yang bisa dirasakan kecuali kesuraman yang menyelimuti setiap penghuni rumah. Namun sesekali keajaiban terjadi. Seperti misalnya pagi ini, ketiga anggota keluarga Blackton duduk di meja makan diwaktu yang sama. Sesekali terdengar Diane bersenandung lirih di dapur sambil menyiapkan sarapan, Cherryl dan Abby juga terlihat bersemangat saat menyiapkan pancake di meja makan. Aroma saus maple yang baru saja dituang begitu harum, rasa manisnya selalu melekat dalam ingatan. Ruang makan keluarga mulai dipenuhi suara besi yang saling beradu dengan piring. Ramsey tersedak ringan beberapa kali karena makan begitu terburu-buru.
"Bisakah kamu makan dengan tenang?" Tukas Clare dingin, sedikit pun wanita itu tak menatap Ramsey.
"Kamu tak perlu memulai Clare."
Tiba-tiba terdengar suara yang membuat semua orang mengernyitkan dahi, Cherryl hampir saja menjatuhkan. Semua orang menatap ke arah Bertilda, gadis itu menggoreskan garpu dan pisau di piringnya, manik matanyatajam menghujam Clare.
"Hentikan Lady !"
Bertilda tidak menghentikan aksinya sampai di situ, ia justru membanting peralatan makanan yang semula ia pegang kemudian membalik piring berisi pancake. Bunyi berkelontang dan piring pecah meramaikan suasana dapur, kemudian Bertilda berlari meninggalkan amarah Clare yang tertahan di lidah.
Wajah Clare merah padam, kedua tangannya meremas gaunnya dengan kencang. Sementara Ramsey menyudahi sarapan dengan mengelap lingkaran mulutnya, pria itu melirik jam tangan lalu buru-buru berdiri.
"Aku berangkat," Ujarnya dingin, "Aku akan kembali seminggu lagi, awasi anakmu dengan benar."
"Aku bukan pembantu!" Tukas Clare ketus.
"Ada apa denganmu Clare?" Ramsey menatap Clare penuh marah, "Kamu selalu memulai pertengkaran yang tidak perlu di saat aku butuh dukungan!"
Ketiga pelayan Blackton membaca situasi dengan cepat, satu per satu mulai meninggalkan dapur. Peristiwa seperti ini sudah terjadi beberapa kali setiap Ramsey dan Clare berada dalam satu ruangan, bahkan keberadaan Bertilda tidak bisa lagi membuat mereka menahan diri. Clare yang sudah terlalu muak dengan alasan monoton dari Ramsey pun mendecih, selanjutnya ia melontarkan kalimat yang semestinya tak perlu Ramsey dengan. Sekali pun banyak luka yang Clare torehkan pada diri Ramsey, tetap saja ia terluka oleh kalimat Clare. Pria itu tak pernah berubah, hingga saat ini cintanya masih tertuju pada Clare.
***
Ramsey menerima panggilan yang sejak tadi mengacaukan fokusnya, Richard Beaufort, adalah pria yang menghubunginya berulang kali sejak ia memulai perjalannya menuju Manchester.
Bagaimana aku bisa menerima panggilan pribadinya?
Richard tentu saja tidak tahu kenyataan bahwa Ramsey sejak lama telah mengetahui dosa yang ia perbuat bersama Clare, hal itu sangat melukai harga dirinya. Ramsey tidak pernah menyangka pengkhianatan tersebut akan datang dari orang yang ia percaya, persahabatan pun bisa menjadi kedok.
Muak dengan panggilan yang masuk berulang kali, Ramsey memutuskan untuk menerimantya saat ia melintas di Bury New Road.
"Demi segulung jenggot Merlin, Ramsey!" Keluh Richard melalui ponsel, "Aku menghubungimu berkali-kali."
"Aku tahu Richard, aku sedang menyetir," Ramsey berkilah, "Apa yang membuatmu begitu posesif terhadapku sepagi ini?"
Richard tertawa lepas mendengar kelakar Ramsey, "Aku dengar kamu sedang berada di Manchester, aku hanya ingin tahu apakah kita bisa makan siang atau makan malam bersama."
"Tunggu," Dahi Ramsey berkerut, "Apakah kamu sedang di Manchester?"
"Ya, lusa aku kembali ke Bosworth," Terang Richard, "Jadi?"
Ramsey menatap arloji sesaat sebelum ia menjawab, "Tentu, saat ini aku sedang menuju Hawksmoor untuk bertemu seseorang, kita bertemu menjelang makan siang."
"Steak? Aku setuju, sampai jumpa Ramsey."
Sambungan terputus saat Ramsey mulai memarkirkan mobilnya di area parkir Hawksmoor. Meski pun belum terlambat, Ramsey buru-buru masuk ke dalam restoran. Dan tentu saja, seseorang yang akan ia temui sudah duduk di salah satu meja yang terletak palinng ujung. Linda Westwood, merupakan keturunan Vivienne Westwood yang memiliki outlet mode di Chelsea's King's Road, London. London berhasil menggeser New York dan menjadi pusat mode nomor satu di dunia berkat kontribusi Linda melalui hasil karyanya yang dilabeli merek Young Westwood. Paduan motif yang berani membuat Young Westwood dilirik banyak penggila mode, tak heran jika hasil survey Global Language Monitor melabelinya sebagai yang terbaik di dunia.